Penulis
Intisari-Online.com -Sejak kecil, Sunan Kudus memangbercita-cita untuk menjadi juru dakwah dan menyebarkanagama Islam.
Dia sendiri mendalami agama Islam melalui ayahnya,Sunan Ngudung.
Namun untuk memperdalam ilmu agama Islam, dia juga belajar kepadaKiai Telingsing dan Sunan Ampel.
Kiai Telingsing ialah seorang ulama yang berasal dari China, yang datang kePulauJawa bersama dengan armada laut Laksamana Cheng Hoo.
Tapi tujuan keduanya sama, yaitu sama-sama ingin menyebarkan Islam.
Selain itu, untuk mengikat talipersaudaraan antara orang China dengan orang Jawa.
Jadi, ada banyak hal yang ia pelajari di luar agama Islam. Sepertiilmu kemasyarakatan, politik, budaya, seni, dan perdagangan.
Tidak heran setelah bergurukepada Kiai Telingsing, ia menjadi lebih tekun, disiplin dan tegas dalam mengambil keputusan.
Menurutnya, semua itu akan menjadi bekal yang sangat baik untuk berdakwah agama Islam.
Sebab salah satu keinginannya adalahmenyebarkan agama Islam di tengah masyarakat yang masih menganut Hindu-Buddha.
Oleh karenanya, dia memilih menyebarkan agama Islam di Kudus.
Baca Juga: Mengapa Sunan Kudus Melarang Menyembelih Sapi Ketika Idul Adha?
Alasannya karena masyarakat di kota ini sangattaat kepada kepercayaan lamanya dan sulit untuk diubah.
Meskipun dia bukanlah penduduk asli Kudus, namun berkat kepiawaiannya, dia berhasil menjadi tokoh sentral di Kudus.
Ada beberapa hal yang dilakukan Sunan Kudus untukmengembangkan ajaran toleransi beragama antara umat Islam dengan umat Hindu-Buddha.
Misalnya, dia melarangmenyembelih sapi, hewan yang dianggap keramat dan suci bagi umat Hindu, saat Hari Raya Idul Adha.
Tujuannya untuk menghormati agama Hindu.
Dia juga menggunakan cara yang unik, yaitu membangun pancuran wudhu di Masjid Menara Kudus yang dibangunnya dengan jumlah 8 pancuran, dan di setiap atas pancuran diletakkan arca.
Hal itu dilakukan agar umat Buddha yang sebelumnya tidak tertarik kepada agama Islam pun menjadi terdorong hatinya untuk mempelajari agama Islam.
Sunan Kudus memahami bahwa ada 8 ajaran pada agama Budha yang dikenal dengan Asta Sanghika Marga.
Inilah yang kemudian menjadi simbol jumlah 8 yang dia bangun.
Strategi selanjutnya adalah diamengubah adat istiadat danmemodifikasinya sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran Islam.
Ya, Sunan Kudus tidakserta merta menentang masyarakat yang sering menabur bunga di jalan, meletakkan sesajen di kuburan, dan adat-adat lain yang dianggap melenceng dari ajaran Islam dan mengandung unsur syirik.
Baca Juga: Moh Limo, Ajaran Dakwah Sunan Ampel pada Masa Kerajaan Majapahit
Namun dia hanya mengubah fungsinya. Misalnyamengubah fungsi sesajen yang berupa makanan, lalu disedekahkan kepda orang yang kelaparan.
Lalu permohonan kepada nenek moyang dan roh halus, diarahkan untuk memohon hanya kepada Allah SWT.
Terakhir, dia memodifikasi makna-makna yang ada dalam upacara mitoni yang disakralkan oleh umat Hindu-Buddha sebagai ucapan syukur karena telah dikaruniai keturunan dan lain-lain.
Itulahstrategi dakwah yang dilakukan Sunan Kudus untuk menarik umat Hindu dan Buddha mengenal agama Islam.
Baca Juga: Hindari Paksaan, Ini Ajaran Sunan Drajat dalam Menyebarkan Agama Islam