Find Us On Social Media :

Ini Alasan Mengapa Sunan Gresik Menghapuskan Sistem Kastanisasi

By Mentari DP, Selasa, 20 Desember 2022 | 09:30 WIB

Mengapa Sunan Gresik menghapuskan sistem kastanisasi yang merupakan tradisi yang berasal dari ajaran agama Hindu sebelumnya?

Intisari-Online.comMengapa Sunan Gresik menghapuskan sistem kastanisasi yang merupakan tradisi yang berasal dari ajaran agama Hindu sebelumnya? Jelaskan!

Pertanyaan mengenai Mengapa Sunan Gresik menghapuskan sistem kastanisasi yang merupakan tradisi yang berasal dari ajaran agama Hindu sebelumnya? ada di halaman 308.

Tepatnya pada buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas X.

Sementara jawabannya, Anda bisa membuka halaman 277 pada sub bab 1. Sunan Gresik.

Maulana Malik Ibrahim atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gresik, merupakan tokoh yang pertama kali dipercaya sebagai penyebar ajaran Islam di tanah Jawa.

Diperkirakan Maulana Malik Ibrahim datang ke Gresik pada kurun waktu tahun 1404 M.

Maulana Malik Ibrahim adalah seorang ulama yang berasal dari Arab.

Peran dakwah Maulana Malik Ibrahim dilakukan di Gresik hingga wafat pada tahun 1419 M.

Kerajaan yang berkuasa pada saat era dakwah Maulana Malik Ibrahim adalah Kerajaan Majapahit yang kebanyakan masyarakatnya masih menganut ajaran Hindu atau Buddha, mengikuti agama dari raja yang saat itu berkuasa.

Kondisi keberagamaan masyarakat Gresik waktu itu sudah terbelah.

Ini karena sudah ada yang menganut Islam, tapi masih banyak yang menganut agama Hindu, bahkan masih ada yang tidak menganut agama apa pun sama sekali.

Baca Juga: Begini Strategi Sunan Bonang dalam Melakukan Upaya Penyebaran Islam di Wilayah Tuban

Namun sifat ramah dan penuh dengan kedamaian yang dimiliki oleh Sunan Gresik tidak hanya kepada umat Islam saja, tetapi juga kepada pada penganut Hindu dan Buddha membuat dirinya dikenal sebagai tokoh yang dikagumi dan dihormati.

Kelembutan yang ada dalam dirinya itulah yang menarik hari penduduk setempat secara suka rela masuk agama Islam dan menjadi pengikutnya.

Apalagi dalam ajaran Islam tidak mengenal kastanisasi sebagaimana ajaran Hindu sebelumnya.

Pada ajaran Hindu, terdapat sistem kasta yaitu pengelompokan atau penggolongan manusia berdasarkan golongan tertentu yaitu:

1. Kasta paling tinggi adalah kasta Brahmana yaitu golongan tokoh agama, pendeta dan rohaniawan yang bekerja di bidang spiritual

2. Kasta yang kedua adalah Ksatria, yaitu golongan bangsawan, para kepala dan anggota lembaga pemerintahan

3. Kasta ketiga adalah Waisya yaitu para pekerja di sektor ekonomi seperti pedagang

4. Kasta Sudra yaitu para pekerja yang bertugas untuk membantu dan melayani para kasta di atasnya.

Dari keempat kasta tersebut, kasta Sudra-lah yang merupakan kasta yang paling banyak dijumpai di Gresik.

Kasta ini terdiri dari rakyat jelata, orang miskin, orang-orang yang tertindas dan orang-orang yang kurang pandai.

Pada umumnya mereka adalah pekerja kasar di sektor informal, yang tidak diijinkan untuk bergaul dan menikah dengan orang yang berlainan kasta.

Baca Juga: Ini Alasan Sunan Kudus Melarang Menyembelih Sapi Saat Hari Raya Idul Adha di Wilayah Kudus

Hal tersebut menjadikan Maulana Malik Ibrahim tergerak untuk melakukan perbaikan.

Sebab dalam ajaran Islam, pengelompokan manusia berdasarkan kasta merupakan kerusakan moral dan tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Di mana tidak ada yang membedakan derajat satu orang dengan orang yang lain melainkan ketakwaannya kepada Allah SWT.

Namun demikian untuk merubah dari sistem kastanisasi kepada non kastanisasi seperti ajaran Islam bukanlah hal yang mudah.

Yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim adalah melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui pergaulan.

Ia selalu membiasakan budi bahasa yang ramah dan santun dan tidak menunjukkan pertentangan dan perlawanan kepada ajaran dan kepercayaan penduduk pribumi.

Ia memperlihatkan keindahan dan kemuliaan yang dibawa oleh ajaran Islam.

Sehingga berkat keramah-tamahan dan kehalusan budi pekertinya tersebut, banyak masyarakat pribumi yang kemudian menganut agama Islam.

Baca Juga: Siapa Arya Penangsang dan Mengapa Sunan Kudus Mendukungnya?