Penulis
Intisari-online.com - Kisah tragis paparan radioaktif akibat kebocoran nuklir memang sangat mengerikan.
Tercatat ada penduduk Jepang yang berakhir mengerikan akibat paparan radioaktif ini.
Mengutip Associated Press, seorang pekerja yang terpapar radiasi dalam kecelakaan nuklir terburuk di Jepang meninggal tahun 2000 silam.
Ia menjadi kematian kedua dalam bencana yang menggoyahkan kepercayaan bangsa terhadap energi nuklir.
Masato Shinohara, 40, meninggal karena kegagalan banyak organ, kata Rumah Sakit Universitas Tokyo.
Kondisi Shinohara membaik setelah kecelakaan itu,.
Tetapi mulai memburuk dengan cepat pada pertengahan April tahun 2000.
Karena fungsi pernapasan dan ginjal mulai gagal, kata juru bicara rumah sakit Akiyoshi Iitsuka.
Shinohara berada di Rumah Sakit Universitas Tokyo sejak 10 April 2000 setelah dipindahkan dari fasilitas medis lain yang dijalankan oleh universitas.
Dia telah menggunakan respirator sejak Februari.
Dia adalah pekerja pabrik kedua yang meninggal sejak kecelakaan 30 September 1999 di fasilitas pemrosesan uranium di Tokaimura, 70 mil timur laut Tokyo.
Korban lain yang tak kalah tragis Hisashi Ouchi, 35, meninggal karena kegagalan banyak organ pada 21 Desember 1999.
Setelah terpapar radiasi dalam jumlah besar.
Dia adalah orang pertama di Jepang yang meninggal akibat kecelakaan pembangkit nuklir.
Pekerja ketiga, Yutaka Yokokawa, juga dirawat di rumah sakit karena paparan radiasi dalam jumlah yang lebih sedikit, tetapi dipulangkan pada bulan Desember.
Mendengar kematian Shinohara, para pejabat Jepang berjanji memperbarui upaya untuk memulihkan kepercayaan pada program energi nuklir negara itu.
"Kami akan menggandakan upaya untuk memperkuat langkah-langkah keamanan dan pencegahan bencana," kata Masaru Hashimoto, Gubernur Prefektur Ibaraki, tempat Tokaimura berada.
Perdana Menteri Jepang saat itu Yoshiro Mori menyatakan belasungkawa dan mengatakan pemerintah akan bekerja keras untuk memastikan kecelakaan serupa tidak terjadi lagi, lapor penyiar nasional NHK.
Kematian Shinohara terjadi pada hari yang sama saat asosiasi tenaga atom Jepang membuka simposium di Tokyo untuk mendapatkan kembali kepercayaan pada tenaga nuklir.
Kecelakaan itu dipicu ketika ketiga pekerja tersebut menggunakan terlalu banyak uranium untuk membuat bahan bakar dan memicu reaksi atom yang tidak terkendali.
Sebanyak 439 orang, termasuk warga sekitar, diduga terpapar radiasi.
Investigasi menemukan bahwa para pekerja di pabrik, dijalankan oleh JCO Co.
Mereka secara rutin melanggar prosedur keselamatan, termasuk mencampurkan uranium ke dalam ember untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cepat.
Jepang yang miskin sumber daya bergantung pada tenaga nuklir untuk 30 persen listriknya.
Tapi kecelakaan di Tokaimura dan lain-lain dalam beberapa tahun terakhir mempertanyakan jaminan pemerintah bahwa fasilitas nuklir negara itu berjalan dengan aman.
Pada bulan Maret 2000, pemerintah mencabut izin JCO, operator pabrik pertama yang menghadapi hukuman di bawah undang-undang Jepang yang mengatur bahan bakar, material, dan reaktor nuklir.