Find Us On Social Media :

Gundik Sarina: Para Wanita Berkebaya Putih Lengan Pendek 'Jual Diri' pada Serdadu di Tangsi Militer

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 27 November 2022 | 13:49 WIB

(Ilustrasi) Gundik sudah menjadi persoalan sejak kedatangan orang Belanda pertama kali ke Hindia Timur pada abad ke-17

Sehingga nama Sarina kemudian dikenal sebagai istilah rahasia untuk menyebut pelacuran di dalam tangsi.

Sama dengan pergundikan atau pernyaian yang lain, nasib masa depan seorang Sarina tetap tidak ada kepastian.

Bayang-bayang pengusiran oleh Tuan Eropa-nyaterus mengintai.

Bagaimanapun juga, seorang anggota militer pasti suatu saat akan dipindah tugaskan ke wilayah baru atau kembali ke Eropa, tempat asalnya setelah habis kontrak.

Untuk mempertahankan kedudukannya, seorang nyai dalam tangsi tentara kolonial dituntut untuk kuat.

Mereka harus kuat, baik itu untuk menghadapi para serdaduyang umumnya kasar dan kurang beradab maupun menghadapi persaingan dan kecemburuan antar sesama nyai.

Tidak jarang seorang nyai juga lemah lembut dan penuh kasih sayang serta sabar dalam menghadapi pasanganserdadunya.

Dengan mengenakan kebaya putih berlengan pendek, Sarinaterbiasa mengerjakan banyak hal tanpa diminta dan tidak suka merengek.

Hal tersebutlah yang menjadi alasan penting oleh para panglima ketentaraan untuk tetap mempertahankan dan mengizinkan praktik pernyaian di dalamtangsi militer.

Pernyaian tidak hanya terjadi di tangsi-tangsi militer di wilayah Jawa saja, di sejumlah wilayah luar Jawa juga demikian keadaannya.

Praktik pernyaian juga dilakukan di dalam tangsi di lini Aceh.

Baca Juga: Ramuan Khusus Keperkasaan Raja Jawa yang Punya 45 Gundik, Apa Itu?