Find Us On Social Media :

Perempuan Pribumi 'Jajakan Diri' sebagai Gundik dengan Berbagai Cara

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 24 November 2022 | 16:00 WIB

(Ilustrasi) Gundik sudah menjadi persoalan sejak kedatangan orang Belanda pertama kali ke Hindia Timur pada abad ke-17

Untuk menjadi seorang nyai di tangsi militer KNIL terdapat beberapa jalan.

Ada seorang perempuan pribumi yang menawarkan diri, ataspermintaan serdadu atau ditawarkan sebagai nyai oleh keluarga mereka.

Ada juga hubungan pernyaian yang terjalin karena para serdadu mencari sendiri nyai mereka di sekitar tangsi.

Banyak gadis dan perempuan muda pribumi yang bekerja di warung-warung makan dekat tangsi dan kemudian menjadi nyai dengan cara demikian.

Pada saat itu bahkan terdapat sebuah kelompok gundik tangsi profesional.

Mereka adalah para perempuan yang memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan menawarkan diri menjadi gundik anggota militer kolonial.

Gundik tangsi profesional akan berdiri di gerbang tangsi dan menawarkan diri kepada para serdadu yang baru datang dari Eropa dan kepada mereka yang sedang mencari nyai.

Gundik-gundik ini sudah berpengalaman, dan memberikanpelayanan yang baik kepada para serdadu calon pasangan mereka.

Rata-rata umur seorang nyai di dalam tangsi tentara kolonial berusia antara 12-35 tahun.

Usia menikah bagi anak perempuan pribumi pada waktuitu adalah sekitar 13 tahun.

Jadi bukan hal yang aneh jika seorang anak perempuan berusia 12 tahun sudah hidup dalam pernyaian.

Baca Juga: Gundik Firaun yang Mengaku Tuhan Ini Lebih dari 200 Perempuan, Berapa Banyak Anaknya?