Find Us On Social Media :

Siapa Pendukung Budaya Hindu-Buddha Saat Ini? Berikut Penjelasannya

By Khaerunisa, Sabtu, 15 Oktober 2022 | 18:40 WIB

Ilustrasi. Siapa Pendukung Budaya Hindu-Buddha Saat Ini.

Intisari-Online.com - Siapa pendukung budaya Hindu-Buddha saat ini? berikut penjelasannya.

Pertanyaan mengenai siapa pendukung budaya Hindu-Buddha saat ini ada di halaman 85 Buku Sejarah Indonesia Kelas X Kurikulum 13 yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Masuk dan berkembangnya budaya Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia dibahas dalam Bab II "Pedagang, Penguasa dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu-Buddha)", dimulai pada halaman 73.

Dalam pembahasan bab tersebut, dijelaskan bagaimana pengaruh budaya India di Kepulauan Indonesia yang kemudian dikenal sebagai masa Hindu-Buddha.

Pengaruh Hindu-Buddha membentuk jaringan perdagangan dan pelayaran Nusantara, juga kerajaan pada masa Hindu-Buddha.

Dengan masuknya budaya Hindu-Buddha, terjadi pula akulturasi kebudayaan Nusantara dan Hindu-Buddha yang membentuk budaya baru berwujud seperti seni bangunan, seni rupa dan ukir, seni sastra dan aksara, sistem kepercayaan hingga sistem pemerintahan.

Bangsa India merupakan satu di antara bangsa yang berinteraksi dengan penduduk kepulauan di Indonesia.

Interaksi itu terjalin sejalan dengan meluasnya hubungan perdagangan antara India dan Cina.

Hubungan itu yang mendorong pedagang-pedagang India dan Cina datang ke kepulauan di Indonesia.

Interaksi dengan kedua bangsa itu membawa perubahan pada bentuk tata negara di beberapa daerah di Kepulauan Indonesia.

Selain itu, juga perubahan dalam susunan kemasyarakatan dan sistem kepercayaan.

Sejak saat itu pula pengaruh-pengaruh Hindu-Buddha berkembang di Indonesia.

Masa ketika pengaruh-pengaruh budaya Hindu-Buddha masuk ke Kepulauan Indonesia sendiri sering disebut dengan masa klasik.

Masa Hindu-Buddha ini berlangsung kurang lebih selama 12 abad dengan pembabakannya terbagi menjadi tiga, yaitu periode pertumbuhan, perkembangan, dan keruntuhan.

Masa Hindu-Buddha berakhir sekitar abad ke-13 ditandai dengan runtuhnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Nusantara, yang salah satunya disebabkan oleh berkembangnya agama Islam di Indonesia.

Meski begitu, budaya Hindu-Buddha tak sepenuhnya hilang dari Nusantara karena masih ada beragam bentuk budaya Hindu-Buddha yang masih dilakukan masyarakat saat ini.

Lalu, siapa pendukung budaya Hindu-Buddha saat ini?

Pendukung budaya Hindu-Buddha saat ini adalah brahmana atau para pemuka agama Hindu dan umatnya, dan juga oleh para biksu agama Buddha yang menetap di Indonesia bersama umatnya.

Atau juga pendukung budaya Hindu-Buddha tersebut saat ini adalah para pendeta atau pedande (pemimpin agama Hindu) dan bhikku atau bhiksu (pemimpin agam Buddha).

Para pendukung budaya Hindu-Buddha tersebut masih terdapat di antara masyarakat seperti:

1. Suku Tengger dan Osing di provinsi Jawa Timur

2. Suku Bali di provinsi Bali

3. Suku Sasak di pulau Lombok

4. Suku Dayak di pulau Kalimantan

3. Suku Dayak di pulau Kalimantan

Selain itu, akulturasi atau percampuran budaya Hindu-Buddha dengan budaya Nusantara yang masih ada seiring perkembangannya, didukung atau dilestarikan pula oleh masyarakat lokal atau masyarakat setempat di mana budaya itu ada.

Akulturasi antara budaya Hindu-Buddha dan budaya Nusantara itu misalnya pertunjukkan wayang.

Pertunjukkan wayang merupakan salah satu bentuk akulturasi budaya Indonesia dan Hindu-Buddha.

Isi dan cerita dalam pertunjukan wayang berasal dari India, sementara wayangnya adalah kebudayaan asli Indonesia.

Dalam pertunjukkan wayang juga terdapat gamelan, salah satu seni pertunjukan asli Indonesia yang dimiliki sejak sebelum masuknya Hindu-Buddha.

Gamelan sendiri mengalami perkembangan, baik dalam bentuk maupun kualitasnya ketika Hindu-Buddha masuk ke Nusantara.

Hingga saat ini, pertunjukkan wayang masih terus dilestarikan oleh masyarakat Indonesia, terutama di tengah masyarakat Jawa.

Baca Juga: Jelaskan Bagaimana Peranan Sriwijaya dan Majapahit dalam Proses Integrasi Antarpulau pada Masa Hindu-Buddha!

(*)