Find Us On Social Media :

Pusing Luar Biasa Usai Gas Air Mata Ditembakkan, Kini Masih Rasakan Dampaknya, Begini Kesaksian Aremanita Korban Tragedi Kanjuruhan

By Khaerunisa, Rabu, 12 Oktober 2022 | 15:20 WIB

Kevia Nazwa Ainur Rohma (18), salah satu korban tragedi Kanjuruhan.

Intisari-Online.com - Kevia Nazwa Ainur Rohma (18) menjadi salah satu korban tragedi Kanjuruhan yang terkena tembakan gas air mata.

Warga Kelurahan Arjunowinangun, Kecamatan Kedungkadang, Kota Malang ini bahkan masih merasakan dampak kejadian itu hingga saat ini.

Dua belas hari berlalu sejak tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022, namun kondisi kedua bola mata Nazwa masih merah.

Selain matanya yang masih merah, Nazwa juga merasakan tangan kanannya lumpuh separuh dan kaki kirinya terluka.

Aremanita ini pun harus menggunakan alat bantu karena tangan kanannya masih sulit digerakan.

"Sekarang sudah agak enakan, mata juga (untuk melihat sudah normal) tapi merah, tinggal kaki sama tangan ini yang masih bermasalah," katanya, Selasa (12/10/2022).

Nazwa pun menceritakan bagaimana kondisinya di stasion saat tragedi Kanjuruhan terjadi.

Ia menuturkan, pada Sabtu, 1 Oktober 2022 itu ia dan teman-temannya menyaksikan pertandinagn Arema FC vs Persebaya di tribun 14.

Saat pertandingan berakhir dan kemudian terjadi kericuhan, Nazwa mengatakan bahwa ia menyaksikan sendiri saat aparat kepolisian menembakkan gas air mata ke tribun.Menurutnya, seketika itu ia merasa pusing luar biasa.

Bukan itu saja, dadanya pun menjadi sesak, sementara matanya sangat perih.

Ia berhasil selamat usai orang-orang menolongnya.

Usai menyaksikan gas air mata ditembakkan dan merasakan efeknya, Nazwa lantas berlari keluar ke pintu 13.

Di sanalah ia berhasil diselamatkan di tengah kondisi yang berdesak-desakkan.

Setelah berhasil keluar, ia langsung dilarikan ke RSUD Kanjuruhan oleh teman-temannya.

Namun, kaki kirinya sempat terkena besi pagar tribun dan mengalami luka.

Deby Fadilah, warga jalan Panglima Sudirman, Kabupaten Gresik, Jawa Timur juga mengalami hal serupa dengan Nazwa.

Bahkan, kondisi mata Aremanita berusia 22 tahun ini masih belum kunjung membaik.

Bahkan, kelopak matanya sampai berwarna kehitaman akibat terkan gas air mata.

"Pagi harinya setelah kejadian itu malah lebih merah lagi, semua bagian mata yang putih ini, saat itu malah berubah merah semuanya," ujarnya, Selasa, (11/10/2022), dikutip dari Kompas.com.

Menurut Deby, terkait kondisi matanya, dokter mengatakan bahwa proses penyembuhan akan membutuhkan waktu lama.

"Kata dokter yang memeriksa tadi, untuk proses katanya masih butuh waktu lama (untuk sembuh)." terangnya.

Seperti halnya Nazwa, wanita ini pun mengalami luka lainnya.

Deby mengalami retak pada tulang ekor dan kaki kirinya lecet.

"Sudah dirontgen, kata dokter tulang ekor saya ada yang retak sedikit, makanya terasa sakit."

"Juga luka lecet di kaki kiri ini, kalau dibuat jalan itu masih sakit," bebernya.

Sementara itu, Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Choirul Anam menegaskan, gas air mata menjadi penyebab utama yang membuat 132 orang meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan.

Temuan tersebut berdasarkan hasil investigasi Komnas HAM yang terjun langsung ke lapangan dengan menemui beberapa korban hingga personel Brimob.

Anam menyampaikan hal tersebut usai bertemu Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (11/10/2022) malam.

“Kami pertegas ini bahwa kenapa peristiwa Kanjuruhan, tragedi kemanusiaan Kanjuruhan 132 orang meninggal itu, penyebab utamanya apa? Penyebab utamanya adalah gas air mata,” ungkap Anam.

Terbaru korban jiwa tragedi Kanjuruhan bertambah satu orang, sehingga kini totalnya 132 orang.

Helen Prisela (20) warga Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tercatat menjadi korban ke-132 tragedi kanjuruhan.

Helen meninggal usai mengalami gagal napas akut, Selasa (11/10/2022).

"Karena oksigenasi ke paru-paru sangat buruk karena hipoksia, gagal napas akut, atau kalau dalam kedokteran namanya Acute Respiratory Distress Syndrome berat," kata dokter Arie Zainul Faton, seperti dikutip Kompas.com.

"Karena oksigenasi ke paru-paru sangat buruk karena hipoksia, gagal napas akut, atau kalau dalam kedokteran namanya Acute Respiratory Distress Syndrome berat," kata dokter Arie Zainul Faton.

Arie menjelaskan, saat dibawa ke rumah sakit, Helen sudah dalam kondisi kritis.

Korban juga menderita patah tulang dan luka di bagian wajah, serta mengalami multitrauma yang berdampak pada cedera paru-paru.

Hingga kini masih ada korban tragedi Kanjuruhan yang harus menjalani rawat inap dan rawat jalan. Mereka tersebar di tujuh rumah sakit di Malang Raya.

Dilansir dari Tribunnews.com, Dinas Kesehatan Kabupaten Malang mencatat masih ada 21 orang yang dirawat inap.

Untuk korban yang menjalani rawat jalan sebanyak 585 orang.

"Kami akan terus memperbarui data yang ada," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Wiyanto.

Baca Juga: Helen Prisela Meninggal Dunia, Korban Tragedi Kanjuruhan Bertambah Menjadi 132 Orang

(*)