Find Us On Social Media :

Korban Jiwa Terus Bertambah, Kericuhan di Stadion Kanjuruhan Jadi Tragedi Paling Mematikan ke-2 dalam Sejarah Sepak Bola Dunia

By Mentari DP, Minggu, 2 Oktober 2022 | 14:30 WIB

Kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang.

Intisari-Online.com - Kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, telah menyebabkan ratusan nyawa melayang.

Kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang terjadi setelah Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya.

Namun penggemar Arema FC tidak terima dan masuk ke lapangan.

Untuk menghalau para penggemar itu, pihak keamanan menembakkan gas air mata ke arah tribune penonton.

Akibatnya kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang tidak terelakan.

Hingga berita ini diturunkan, pada Minggu (2/10/2022) pukul 12.00 WIB, ada 127 orang tewas dalam kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang.

Dari 127 orang yang tewas itu, 2 di antaranya polisi dan sisanya merupakan penggemar sepak bola yang hadir di Stadion Kanjuruhan.

Hal itu disampaikan oleh Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta.

Menurut Nico, ada 34 orang yang meninggal dunia di stadion. Sementara sisanya meninggal di rumah sakit.

Selain itu, ada sekitar 180 orang lainnya masih dirawat di rumah sakit.

Sebagian besar korban dilaporkan mengalami sesak nafas akibat semprotan gas air mata jajaran keamanan. 

Penyebab lainnya karena mereka terinjak-injak suporter lain.

Apa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan ini menjadi salah satu tragedi paling kelam dalam sepak bola Indonesia.

Bahkan menjadi salah satu tragedi paling mematikan dalam sepak bola dunia modern.

Sebab menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit.

Dalam sejarah sepak bola dunia, tragedi di Stadion Kanjuruhan menjadi tragedi stadion terbesar kedua sepanjang sejarah jika melihat dari jumlah korban yang meninggal dunia.

Sementara tragedi stadion terbesar sepanjang sejarah sepak bola terjadi pada tahun 24 Mei 1964.

Kejadian itu terjadi di Estadio Nacional, Lima, Peru.

Pada saat itu, Peru bertanding melawan Argentina dalam kualifikasi Olimpiade Tokyo 1964.

Ada sekitar 45.000 penggemar yang memenuhi stadion.

Dalam pertandingan itu, Peru sempat tertinggal 0-1. Namun berhasil menyamakan kedudukan pada enam menit terakhir 

Akan tetapi gol penyama kedudukan Peru dianulir oleh wasit asal Uruguay, Angel Eduardo Pazos.

Keputusan wasit itulah yang menjadi awal mula kerusuhan di dalam stadion.

Beberapa penggemar Peru lalu mulai masuk ke lapangan dan menyerang.

Akibatnya polisi Peru melepaskan anjing-anjing penjaga dan melemparkan gas air mata ke arah lapangan.

Kejadian itu membuat penonton lainnya panik. Lalu mereka berlarian ke sana kemari.

Akibatnya 328 orang tewas dalam kerusuhan itu.

Menurut rumah sakit di Lima, 90% dari korban meninggal disebabkan karena sesak napas atau pendarahan internal.

Dan tidak ada korban yang meninggal di stadion.

Tapi di sekitar stadion, para penggemar menghancurkan properti pribadi, lalu menjarah toko-toko, hingga membakar gedung-gedung.

Baca Juga: 127 Tewas dalam Kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, Begini Efek Samping Jika Terkena Gas Air Mata