Penulis
Intisari-online.com - Sebuah pistol jenis Luger ditemukan di TKP pembunuhan Brigadir J, di rumah dinas Kadiv Propam Polri, Duren Tiga.
Untuk diketahui pistol Luger, merupakan senjata semi otomatis lawas, yang hampir tidak ada kepolisian Indonesia yang menggunakannya.
Menurut Military History, pistol ini diproduksi pertama tahun 1893, dan merupakan pistol semi otomatis pertama.
Sejak produksi pertamanya, pistol ini menjadi senjata resmi Swiss Army, dan berlanjut 70 tahun berikutnya.
Swiss diketahui memakai Luger dengan amunisi kaliber 7,65 mm, dikenal juga sebagai OP00.
Angkatan Laut Jerman menggunakan senjata ini pada 1904, disusul Angkatan Darat Jerman yang mengadopsi empat tahun setelah itu.
Lantas bagaimana bisa senjata semacam itu, ditemukan di TKP pembunuhan Brigadir J.
Pengacara Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak pun kemudian membeberkan dugaan siapa pemilik senjata api Luger ini.
Menurutnya, senjata tersebut diduga adalah milik Ferdy Sambo.
"Jadi orang-orang yang punya senjata seperti itu, adalah orang yang berlatar belakang, sejak dulu sudah menguasai persenjataan," katanya.
"Siapa yang sejak dulu menguasai persenjataan, yaitu ayah Ferdy Sambo, kan dia pensiunan Mayor Jenderal, kemungkinan dia mengoleksi senjata kuno, era 1800 sampai 1990," jelasnya.
Namun, dari penelusuran yang di dapat pernyataan mengenai ayah Ferdy Sambo seorang Mayjen justru salah kurang tepat.
Sosok asli ayah Ferdy Sambo nyatanya bukanlah polisi, melainkan PNS dari dinas peternakan Makassar yang bernama William Sambo.
Kamaruddin, kemudian menuntaskan kerumitan pembunuhan berencana Brigadir J, perlu melibatkan TNI dan PPATK.
"Karena bagimana pun suka atau tidak mendengarnya, bukan saya memuja angkatan atau TNI, mereka itu terkenal disiplin dan sportif, kucing aja ditembak oleh jenderal hukumnya tegas, apalagi manusia," katanya.
"Beda sama polisi, suka merekayasa kejadian, artinya tidak semua polisi, tapi sebagian kecil saja. Tetapi yang suka merekayasa ini, kan dia berada di posisi puncak, karena sudah biasa menjilat ke istana dan pemerintahan," jelasnya.
Menurut Kamaruddin akan berbeda nasib perwira Polri yang tidak pandai menjilat dalam tugasnya.
"Yang kerjanya baik-baik tidak pandai menjilat sehingga tidak (mendapatkan) jabatan yang VIP, kan begitu," kata Kamaruddin.
"Oleh karena itu, ayo dong kalau mau membebaskan polisi dari tangan mafia, kita tolong polisi, karena banyak polisi yang baik-baik," sambungnya.
Sementara, Pengamat Kepolisian Bambang Rukminto mengatakan Luger adalah senjata api yang nyaris tidak digunakan oleh perwira Polri.
"Ini senjata lama seperti itu, nyaris tidak digunakan kawan-kawan kepolisian. Artinya, ini bisa jadi senjata-senjata koleksi seperti itu," ujar Bambang.
"Siapa yang memiliki Luger ini sangat penting, karena tidak semua orang bisa memiliki senjata yang antik seperti itu, kecuali orang-orang yang memiliki aset dan memiliki kesenangan tersendiri terkait koleksi senjata," jelasnya.
Selain senpi Luger, senjata api lain yang teridentifikasi di TKP pembunuhan Brigadir J, adalah Glock 17 dan HS 9.