Penulis
Intisari-Online.com- Apa itu PKI? Begini sejarah pembentukan hingga pembubarannya.
PKI atau Partai Komunis Indonesia sudah puluhan tahun dibubarkan, tetapi namanya mungkin tak asing di telinga banyak orang.
Bahkan, setidaknya setahun sekali nama PKI akan kerap disebut-sebut, tak lain ketika memasuki bulan September.
Berbicara PKI, masyarakat Indonesia kerap mengingatnya dengan mengaitkan pada pemberontakan dan kudeta besar yang terjadi di Indonesia.
Sebut saja peristiwa 30 September 1965, di mana dalam salah satu tragedi kelam Indonesia itu, PKI sempat disebut sebagai dalang utamanya.
Meski dalam perkembangannya, muncul berbagai versi dalang di balik peristiwa 30 September 1965.
Dalang di balik peristiwa itu sendiri masih menjadi salah satu misteri dalam sejarah Indonesia.
Selain itu, PKI juga identik dengan pemberontakan karena kaitannya dengan peristiwa Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948.
Pemberontakan PKI Madiun pecah pada 18 September 1948, sebuah pemberontakan yang memakan ribuan korban.
Peristiwa pemberontakan itu juga pada akhirnya membuat banyak tokoh PKI ditangkap dan dieksekusi.
Termasuk nama-nama besar seperti Amir Sjarifuddin, Maruto Darusman, hingga Musso.
Lalu, apa itu PKI? Berikut ini sejarah pembentukan hingga pembubarannya.
Pembentukan PKI
PKI atau Partai Komunis Indonesia merupakan partai politik yang dibentuk pada 23 Mei 1914.
Hadirnya PKI berawal dari sebuah organisasi bernama Indische Social Democratische Vereniging (ISDV).
ISDV didirikan oleh seorang kaum sosialis Hindia Belanda, Henk Sneevliet pada tahun 1914.
Sneevliet memiliki misi untuk menanamkan paham marxisme-komunisme terhadap perjuangan nasional Indonesia.
Cara yang Sneevliet lakukan yaitu dengan menyebarkan pemahamannya tersebut melalui organisasi buruh kereta api di Semarang.
Sneevliet juga menyebarkan paham komunisme lewat organisasi Sarekat Islam (SI), organisasi besar di Indonesia saat itu.
Sneevliet menyebarkan pemahamannya lewat Semaun, Alimin, Darsono, dan tokoh SI lainnya. Semaun sendiri merupakan salah satu tokoh penting dalam Sarekat Islam (SI).
Dengan Semaun berusaha menanamkan paham komunis di SI, kemudian menimbulkan perpecahan di tubuh organisasi ini.
Perpecahan itulah yang kemudian melahirkan Partai Komunis Indonesia atau PKI, di mana Sarekat Islam terpecah menjadi SI Merah (Komunis) dan SI Putih (Agamis).
Semaun bersama anggota SI Merah dan tokoh komunis mengadakan Kongres ISDV di Semarang pada Mei 1920.
Hasilnya, nama ISDV diubah menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (PKH), yang diketuai oleh Semaun dan Darsono sebagai wakilnya.
Selanjutnya pada tahun 1924 diadakan kongres Komintern kelima. Hasil dari kongres ini adalah adanya perubahan nama dari PKH menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Sejak saat itu, PKI terus memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan menentang kolonialisme Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, PKI juga menjadi salah satu partai terbesar di Indonesia.
Pada Pemilu 1955, partai ini berhasil menempati posisi keempat. Sementara tiga teratas lainnya adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi, dan Nahdatul Ulama.
Tetapi, PKI kemudian terlibatdalam beberapa pemberontakan, yang pada kemudian hari membawa salah satu partai politik terbesar Indonesia ini pada pembubarannya.
Pembubaran PKI
Peristiwa Pemberontakan PKI di Madiun masih tidak menghentikan dukungan dari sebagian rakyat Indonesia.
Salah satu partai politik terbesar di Indonesia ini pun masih terus eksis beberapa tahun kemudian.
Bahkan, PKI dapat menguasai Pemilu tahun 1955 denganmenduduki tempat keempat dengan perolehan 16 persen dari keseluruhan suara yang ada.
Namun, sekitar tahun 1960-an, penentangan mulai membesar. Muncul gerakan-gerakan untuk menentang PKI. Gerakan tersebut dipelopori oleh Angkatan Darat.
Pada Desember 1964, Chaerul Saleh dari Partai Murba menyatakan bahwa PKI tengah mempersiapkan kudeta.
PKI kemudian menuntut larangan Partai Murba kepada Soekarno pada awal 1965.
Selain itu, DN Aidit selaku pemimpin PKI pada saat itu meyakini Dewan Jenderal akan mengudeta Soekarno.
Maka Aidit bersama sejumlah personel Tjakrabirawa menyusun rencana untuk menghadapkan jenderal Angkatan Darat yang diduga ingin mengudeta Soekarno.
Rencana itu gagal sebab dalam pelaksanaannya pada 30 September dini hari, enam jenderal dan satu perwira terbunuh, sebuah peristiwa yang dikenal sebagai tragedi G30S PKI.
Dari kejadian tersebut, Presiden Soekarno berusaha untuk meyakinkan bahwa PKI tidak terlibat sebagai partai dalam kejadian tersebut, melainkan adanya sejumlah tokoh PKI yang bertindak luar kendali.
Untuk itu, Soekarno pun tidak bersedia untuk membubarkan PKI. Kendati demikian, banyak pihak yang menuntut pertanggungjawaban.
Setelah Soeharto mengambil alih kepemimpinan, ia membubarkan PKI dan menghabiskan 32 tahun kepemimpinannya untuk memusnahkan PKI serta semua yang berkaitan dengan PKI.
PKI dibubarkan lewat Keputusan Presiden Nomor 1/3/1966 perihal pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI). Keputusan Presiden ini dikeluarkan Soeharto mengatasnamakan Presiden Soekarno.
Isi Keppres Nomor 1/3/1966, yaitu membubarkan Partai Komunis Indonesia termasuk bagian-bagian organisasinya dari tingkat pusat sampai ke daerah beserta semua organisasi yang seasas, berlindung, dan bernaung di bawahnya.
Kedua, Soeharto menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia.
Dikutip dari Harian Kompas, Senin 14 Maret 1966, keputusan presiden tersebut dikeluarkan dengan memperhatikan hasil pemeriksaan serta putusan Mahkamah Militer Luar Biasa terhadap tokoh-tokoh PKI yang dituduh terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September.
Keputusan tersebut kemudian diperkuat dengan Ketetapan MPRS Nomor XXV/1966.
Langkah itu sendiri merupakan kebijakan pertama Soeharto setelah menerima Surat Perintah 11 Maret sebagai upaya mengembalikan stabilitas negara.
Itulah sejarah pembentukan hingga pembubaran PKI atau Partai Komunis Indonesia.
Baca Juga: Latar Belakang Pemberontakan PKI Madiun Tahun 1948, Diawali Jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin
(*)