Find Us On Social Media :

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei Dikabarkan Sakit Keras dan Kondisinya Sekarat, Calon Penggantinya Bisa Bikin Timur Tengah Gonjang-ganjing, Amerika Langsung Waspada

By Mentari DP, Senin, 12 September 2022 | 19:30 WIB

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei sedang sakit parah.

Intisari-Online.comPemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dilaporkan sedang sekarat karena sakit.

Sebelumnya, berita kematiannya telah beredar beberapa hari lalu.

Kemudian dikonfirmasi bahwa Ayatollah Ali Khamenei sakit parah dan diketahui menderita kanker stadium akhir.

Jika terjadi sesuatu dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, maka itu dapat menyebabkan runtuhnya rezim Ayatollah di Timur Tengah.

Kenapa?

Dilansir dari express.co.uk pada Senin (12/9/2022), putra Ali Khamenei, Mojtaba Khamenei, disebut secara teknis tidak dapat mewarisi posisi Pemimpin Tertinggi Iran dari ayahnya.

Ini karena dia bukan seorang Ayatollah.

Oleh karena itu, selama beberapa bulan terakhir, gelar di belakangnya dipercepat ketika kesehatan ayahnya yang memburuk.

Namun para ahli memperingatkan bahwa langkah ini kemungkinan akan ditentang oleh Presiden Iran Ebrahim Raisi yang dijanjikan posisi Pemimpin Tertinggi.

Catherine Perez-Shakdam dari Henry Jackson Society, seorang ahli Timur Tengah, mengatakan bahwa pertikaian berikutnya dapat menyebabkan seluruh rezim “meledak.”

Runtuhnya rezim akan berdampak besar pada urusan internasional dengan program nuklir Iran yang masih belum terselesaikan sejak Donald Trump menarik AS dari kesepakatan beberapa tahun lalu.

Padahal menurut jejak pendapat yang dilakukan oleh Institut Demokrasi, Iran dianggap oleh pemilih Amerika Serikat (AS) sebagai ancaman terbesar kedua ke AS dengan 18%.

Nomor satu ada China dengan 55% dan nomor ketigas ada Rusia dengan 12%.

Alasannya karena Iran diyakini sebagai negara yang 'melahirkan' terorisme terbesar di dunia yang menurut Departemen Luar Negeri AS.

Selain itu, Iran juga disebut mendukung beberapa kelompok terorisme, seperi Hizbullah, kelompok teroris Palestina di Gaza, dan berbagai kelompok teroris dan militan di Irak, Suriah, dan tempat lain di seluruh Timur Tengah.

Laporannya pada tahun 2020 mencatat: “Iran menggunakan Pasukan Korps-Qods Pengawal Revolusi Islam (IRGC-QF) untuk memberikan dukungan kepada organisasi teroris."

"Di mana mereka memberikan perlindungan untuk operasi rahasia terkait dan menciptakan ketidakstabilan di kawasan itu."

"Iran telah mengakui keterlibatan IRGC-QF dalam konflik Irak dan Suriah."

"Ini karena IRGC-QF adalah mekanisme utama Iran untuk mengembangkan dan mendukung aktivitas teroris di luar negeri."

Oleh karenanya, kematian Khamanei tidak hanya dapat berdampak pada gerakan pro-demokrasi di negara itu.

Tapi juga dapat membuka pintu bagi pemerintahan yang lebih ekstremis.

Lebih jauh, bisa berdampak pada hubungan Timur Tengah yang lebih luas dan keamanan Israel dengan Iran yang dipandang sebagai ancaman terbesarnya.

Diketahui Ali Khamenei menjadi Pemimpin Tertinggi Iran sejak ayah mertuanya, Ayatollah Khomenei, meninggal pada tahun 1989.

Sebenarnya penunjukkan itu sempai diperdebatkan karena pada saat itu dia bukan seorang Ayatollah.

Tapi pada akhirnya Majelis Ahli harus memberinya status Ayatollah, gelar yang tidak pernah dia dapatkan secara teknis.

Dan ini sempat menciptakan sedikit kegemparan di Iran karena orang-orang merasa dikhianati dan sangat marah.

Jadi, jika posisi dan kekuasaannya kembali diberikan pada putranya, Mojtaba Khamenei, pasti akan menimbulkan kemarahan.

Terutama karena posisi itu dijanjikan kepada Presiden Raisi. 

Ditambah sekarang Presiden Raisi adalah orang yang cukup kuat di Iran.

Baca Juga: Langsung Bikin Amerika Kepanasan, Terungkap Situasi Darurat yang Sedang Terjadi di Iran, Sampai Singgung Dunia Sedang Terancam oleh Polah Negara Timur Tengah Ini