Penulis
Intisari-Online.com - Sejak awal tahun 2022 ini, seisi dunia telah dibuat ketakutan akan Perang Dunia 3 bisa pecah.
Pertama karena perang Rusia dan Ukraina. Lalu agresi China di Taiwan dan konflik di Laut China Selatan.
Kini ada lagi penyebabPerang Dunia 3pecah, yaitu terkait Iran. Ada apa?
Dilansir dariexpress.co.uk pada Sabtu (3/9/2022), Amerika Serikat (AS)telah mengecam tanggapan Iran dalam pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan untuk menghentikan Teheran membangun senjata nuklir.
Di mana AS menyebutnya sebagai langkah mundur.
Masalah itu terjadi ketika Iran telah meningkatkan program nuklirnya pada minggu ini dengan mempercepat pengayaan uraniumnya.
Jika benar, maka menurut Badan Energi Atom Internasional (IAEA),Iran dapat menciptakan “krisis” bagi pengawas nuklir PBB dengan mengalihkan uranium tingkat senjata ke “situs rahasia”.
“Jika uranium diperkaya dengan begitu cepat dan membawanya ke situs rahasia, maka itu berpotensi atau menciptakan semacam krisis akses untuk IAEA," kataAndrea Stricker dari think tank Foundation for Defense of Democracies.
“Dan gunakan stok sentrifugal mereka yang ada dan uranium yang diperkaya untuk mencapai 90 dapat membuat sejumlah besar uranium yang sangat diperkaya untuk senjata."
Diyakini olehAndrea Stricker bahwa Iran nantinyaakan memiliki kemampuan untuk dengan cepat mempersenjatai bahan dan berpotensi memasukkannya ke dalam bahan peledak nuklir mentah dan mengujinya.
Tanggapan negatif AS terhadap jawaban Iran dalam negosiasi tidak langsung merekatunjukkan.
Seorang pejabat dalam pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Politico pada hari Kamis bahwa tanggapan Iran tidak memberi mereka harapan.
“Kami sedang mempelajari tanggapan Iran, tetapi intinya adalah itu sama sekali tidak menggembirakan.”
"Berdasarkan jawaban mereka, kami tampaknya bergerak mundur."
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa mereka sedang mempelajari sikap Iran danakan menanggapi melalui UE.
Sementara media pemerintah Iran melaporkan bahwa Teheran telah mengambil pendekatan konstruktif yang bertujuan untuk menyelesaikan negosiasi.
Kesepakatan yang coba dihidupkan kembali oleh Washington dan Teheran adalah Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA).
Kedua belah pihak menandatangani JCPOA pada tahun 2015, bersama dengan Jerman, Prancis, Inggris, Rusia, dan China.
Di bawah perjanjian penting itu, Iran setuju untuk membatasi program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi ekonomi.
Irantelah sering memperingatkan kemampuannya untuk mengembangkan senjata nuklir, tetapi telah menyangkal tujuannya.
Mereka menekankan bahwa program nuklirnya semata-mata untuk sarana sipil.
AS lalu meninggalkan JCPOA pada 2018 di bawah Presiden Donald Trump dan malah memberikan sanksi kepada Iran.
Sikap AS itu dibalas Iran dengan mulai meningkatkan program nuklirnya dan memperingatkan kemampuannya untuk mengembangkan nuklir.
Cara Iran memprovokasi AS dengan cara melakukanpengayaan uranium hingga melampaui kemurnian 60 persen.
Ini malahmendorong Iran mendekati kemurnian 90 persen yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir.
Jika Iran memiliki senjata nuklir, maka ini memungkinan negara itumemperluas pengaruhnya di Timur Tengah dan sekitarnya.
Dan tentu saja AS tidak akan membiarkannya.