Penulis
Intisari-Online.com – Selama Perang Dunia 2, pemboman dilakukan pada kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang pada 6 dan 9 Agustus 1945.
Itu merupakan pertama dan terakhir kalinya dalam sejarah umat manusia melepaskan kekuatan penuh bom atom ke atas kota berpenduduk.
Peristiwa bersejarah itu mengakibatkan kematian sekitar 200.000 orang, meskipun perkiraan bisa saja bervariasi.
Bertahan melewati salah satu ledakan bom atom yang bak kiamat itu pastinya cukup mengerikan, bagaimana dengan hidup melewati kedua ledakan bom atom itu?
Pria ini cukup malang mengalami mimpi buruk yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya, tentu saja.
‘Fat Man’ dan ‘Little Boy’, adalah julukan yang diberikan pada dua bom atom yang dijatuhkan pada tanggal 9 dan 6 Agustus itu.
Keduanya merupakan hasil dari 3 tahun penelitian atom yang dilakukan oleh Robert Oppenheimer dan timnya sebagai bagian dari Proyek Manhattan, inisiatif Amerika untuk membuat bom atom pertama.
Meski awalnya tidak dipertimbangkan, bom atom perlahan mulai menjadi pilihan yang lebih disukai untuk menenangkan orang Jepang yang keras kepala.
Setelah berbulan-bulan bertempur di teater Pasifik, Kekaisaran Matahari Terbit itu menunjukkan sedikit tanda menyerah.
Dalam budaya Jepang, menyerah dipandang sebagai tindakan yang tidak terhormat, maka perlawanan terhadap pengambilalihan Pasifik oleh Amerika, menjadi sangat sengit.
Bagi banyak pria, terutama bagian dari tentara Jepang yang mati untuk negaranya, dipandang sebagai pilihan yang jauh lebih baik daripada menyerah kepada musuh.
Mempertahankan kehormatan seseorang dan kehormatan garis keturunan masih merupakan bagian penting dari budaya Jepang, maka membuat Jepang menyerang tidaklah mudah.
Daripada melanjutkan Operasi Downfall (invasi sekutu yang direncanakan ke Jepang), yang diperkirakan mengakibatkan 6 juta korban bagi pihak sekutu, maka AS memutuskan bahwa kemenangan bisa dicapai dengan menggunakan bom yang baru dikembangkan.
Kota-kota target dipilih dari daftar 5 kota, pada awalnya termasuk ibu kota sementara Kyoto, tetapi karena tentangan dari Henry L. Stimson, Sekretaris Perang, dan Presiden Truman, kota itu dihapus dari daftar.
Kyoto kemudian digantikan oleh Nagasaki dalam daftar karena signifikansi militernya, terutama untuk Angkatan Laut Jepang.
Setelah perubahan itu, daftar kota target potensial adalah: Hiroshima, Kokura, Niigata, dan Nagasaki.
Pria selamat dari pemboman
Tsutomo Yamaguchi tinggal dan bekerja di Nagasaki, tetapi kebetulan pada musim panas tahun 1945, dia dikirim ke Hiroshima dalam perjalanan bisnis.
Perjalanannya berakhir pada 6 Agustus ketika dia dipanggil kembali oleh Mistubishi, majikannya, dia harus pulang.
Yamaguchi sedang dalam perjalanan ke dermaga Nagasaki ketika dia melihat Enola Gay, pesawat yang membawa bom Little Boy, terbang di atas kota.
Pesawat itu menjatuhkan bom tepat di atas pusat kota, 3 km dari tempat Yamaguchi.
Parasut pada bom dikerahkan tak lama setelah dilepaskan, lalu kilatan mengubah langit menjadi putih.
Lampu kilat dan gelombang kejutnya menimbulkan banyak kerusakan yang membuat Yamaguchi buta sementara, terbakar, dan gendang telinganya pecah.
Dia menyeret dirinya ke tempat perlindungan terdekat, merawat luka-lukanya, dan menghabiskan malam di sana.
Hari berikutnya dia melakukan perjalanan ke stasiun kereta Nagasaki, yang masih berfungsi, dan sedikit rusak akibat ledakan nuklir, lalu dia naik kereta api ke kota kelahirannya di Hiroshima.
Di Hiroshima, dia mengunjungi rumah sakit setempat untuk memeriksakan dirinya, lalu dia pulang dan beristirahat, senang karena dia tidak binasa dalam ledakan itu dan bisa melihat keluarganya lagi.
Meskipun hampir mati, namun Yamaguchi memutuskan untuk bangun pagi-pagi pada tanggal 9 dan berangkat kerja, sebuah langkah yang mewujudkan etos kerja Jepang.
Namun, melansir The History of Yesterday, bom kedua dijatuhkan di kota, seperti bom sebelumnya, hanya sekitar 3 km dari kantor Mitsubishi tempat dia bekerja.
Yamaguchi terluka sedikit oleh ledakan itu tetapi tidak menyadari pembunuh diam-diam yang dilepaskan oleh bom itu, yaitu radiasi.
Radiasi yang diterimanya sejak awal, membuat Yamaguchi sakit serta menyebabkan sebagian besar rambutnya rontok.
Tetapi anehnya, dia bisa sembuh total dan hidup bahkan sampai usianya 93 tahun, meskipun dia terpapar radiasi dalam dosis besar.
Meskipun ada kemungkinan setidaknya beberapa warga Jepang lain yang mengalami mimpi buruk yang sama, Yamaguchi menjadi satu-satunya yang secara resmi diakui oleh pemerintah Jepang sebagai yang melewati kedua ledakan bom atom itu dan selamat.
Sampai hari ini, Yamaguchi menjadi satu-satunya kasus yang tercatat tentang manusia yang selamat dari ledakan dua bom atom.
Setelah pengalamannya dengan bom atom itu, Yamaguchi menjadi pendukung setia perlucutan senjata nuklir.
Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari