Tak Heran Korea Utara Terus-Terusan Timbun Senjata Nuklir Sampai Punya 242 Bom Atom dan Rudal Balistik Antarbenua, Ahli Peringatkan Korea Utara Akan Serang AS Pada 2027?

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Intisari-online.com - Korea Utara memang salah satu negara yang memegang senjata nuklir.

Meski demikian, banyak yang menentangnya, bahkan Amerika di bawah pemerintahan Donald Trump pernah turun tangan untuk menekan nuklir Korea Utara.

Sementara itu, sejak pergantian pemimpin Amerika, Korea Utara terus berulah, dengan memamerkan senjata nuklirnya.

Ahli memperingatkan, bahwa Korea Utara menimbun setidaknya 242 senjata atom, dan rudal balistik antarbenua.

Baca Juga: Skenario Terburuk Perang Dunia III, Perang Nuklir Diprediksi Makin Mendekat, Ternyata Bukan Hanya Amerika, Rusia, dan China yang Jadi Ancaman Dunia, Tetapi Negara-negara Ini Juga

Menurut Daily Star, pada Selasa (13/4/21), para ahli mengatakan, Korea Utara bisa siap melacarkan perang nuklir dengan AS pada 2027.

Para ahli memperkirakan, negara nakal itu enam tahun mengumpulkan hingga 242 nuklir dan rudal balistik antarbenua (ICBM).

Mereka mendesak AS untuk mempertimbagka, semua opsi terhadap Kim Jong-Un termasuk mengerahka senjata nuklir taktis di Korea Selatan.

Institute Asan untuk studi kebijakan dan Rand Corp, mengeluarkan peringatan dalam laporan bersama mengutip intelijen AS dan analisis lainnya.

Baca Juga: Dikenal Kebal Kritikan, Rupanya Inilah yang Membuat Kim Jong-Un Marah Besar Sampai Eksekusi Mati Pejabatnya Sendiri, 'Rengekan' Inilah Ternyata yang Palign Dibenci Diktator Itu

Mereka mengklaim Korea Utara mungkin segera dapat menggunakan ancaman dan serangan nuklir dengan cara yang jauh lebih koersif dan beragam, seperti serangan nuklir preemptive.

"Diperkirakan jumlah total senjata nuklir Korea Utara pada tahun 2027 akan menjadi antara 151 dan 242, di samping puluhan rudal balistik antarbenua bergerak," kata laporan lembaga think tank tersebut

"Kami memperkirakan jumlah senjata nuklir Korea Utara dari 2017 hingga 2027, dengan nilai awal 30 hingga 60 senjata nuklir pada 2017," katanya.

"Dengan satu hingga dua senjata plutonium ditambahkan pada 2020, dan dengan jumlah yang bertambah 12 senjata per tahun atau 18 senjata per tahun," tambahnya.

Lembaga itu menambahkan, pertimbangan serius harus diberikan pada serangan nuklir preemptive oleh AS dan Selatan.

Barat harus memberikan semua pilihan untuk menghentikan Korea Utara mengerahkan senjata nuklir.

Tentara Korea Utara
Tentara Korea Utara

Baca Juga: Sok-sokan Jadi Negara Militer Terkuat di Dunia, Tak Disangka Jutaan Rakyat Korea Utara Terpaksa Mengemis demi Sesuap Nasi, Kim Jong-Un Sendiri yang Bongkar Kebobrokan Negaranya

Amerika Serikat juga dapat mengancam Korea Utara bahwa jika itu melewati ambang batas ICBM atau inventaris senjata nuklir, atau keduanya.

Amerika Serikatbisa menempatkan delapan hingga sepuluh senjata nuklir taktis yang mampu menghancurkan jauh di dalam ROK (Republik Korea/Korea Selatan) melalui fasilitas bawah tanah.

"Tidak seperti dalam konflik konvensional, dalam konflik nuklir, Korea Selatan tidak siap untuk mengambil peran utama dalam menghadapi Korea Utara, terutama pada tahap awal kemungkinan," kata lembaga itu.

Sebuah laporan panel PBB telah memperingatkan Korea Utara terus mengembangkan program nuklir dan misilnya di tengah tanda-tanda galangan kapal di pantai timurnya adalah situs untuk uji coba rudal balistik yang diluncurkan oleh kapal selam.

Lembaga-lembaga think tank itu juga memperingatkan Korea Utaradapat menafsirkan rencana transisi kontrol operasional masa perang dari Washington ke Seoul di Selatan.

Prediksi ini disampaikan oleh Instiitute Asan.

Baca Juga: Walau Banyak Berkilah, Ternyata Korea Utara Kini Sedang Dalam Situasi yang Genting, Ekonominya Amburadul, Sampai Memelas Minta Dikasihani Amerika Untuk Hal Ini

Institut Asan untuk Kajian Kebijakan di situs webnya adalah sebuah wadah pemikir independen dan non-partisan dengan mandat untuk melakukan penelitian yang relevan dengan kebijakan untuk mendorong lingkungan domestik, regional, dan internasional yang kondusif bagi perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea, serta reunifikasi Korea.

The Rand Corporation mengatakan "penelitian dan analisisnya menangani masalah yang berdampak pada orang di seluruh dunia termasuk keamanan, kesehatan, pendidikan, keberlanjutan, pertumbuhan, dan pembangunan."

Artikel Terkait