Di bawah hukum Romawi, pergundikan ditoleransi karena hubungan tersebut bisa bertahan lama dan sifatnya yang eksklusif.
Praktek tersebut memungkinkan seorang pria Romawi untuk masuk ke dalam hubungan informal tetapi diakui dengan seorang wanita yang bukan istrinya.
Seringkali seorang selir ini merupakan wanita yang status sosialnya lebih rendah.
Meski begitu, penyebutan selir bukanlah sebuah penghinaan, bahkan 'gelar' itu sering tertulis di batu nisan.
(*)