Penulis
Intisari-online.com - Laporan mengenai tindakan pelecehan oleh Brigadir J, mendadak mendapat sorotan, karena istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi kekeh memberikan pernyataan ini.
Namun, oleh ahli pidana Abdul Fikar Hadjar menilai kemungkinan hanyalah laporan palsu, atau kesengajaan untuk menutupi insiden pembunuhan itu.
Dalam sebuah laporan mengutip Tribunnews, pada Jumat (26/8/22), Putri Candrawathi diperiksa oleh penyidik Timsus Polri.
Putri kemudian dicecar dengan 80 pertanyan, yang salah satunya mengenai pelecehan seksual.
Pengacara Putri Candrawathi, Arman Haris menyebut kliennya menjadi korban kekerasan seksual.
"Ibu PC mengatakan, dalam pemeriksaan bahwa beliau adalah korban tindakan asusila atau kekerasan seksual dalam perkara ini," katanya.
Menurut Arman, pengakuan Putri telah tertulis dalam Berita Acara Pemeriksaan.
Putri Candrawathi juga membantah atas pasal yang telah disangkakan oleh penyidik.
Sementara itu, menanggapi pengakuan Putri Candrawathi yang masih ngotot menjadi korban pelecehan seksual oleh Brigadir J.
Pengacara Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak memberikan penjelasan lain.
Kamaruddin Simanjuntak, tak percatat jika pembunuhan dilatari pelecehan seksual terhadap Putri Candrawathi, saat merekadi Magelang.
Karena menurut Kamaruddin, jika Istri Ferdy Sambo menjadi korban pelecehan seksual, mengapa masih dikawal Brigadir J yang menjadi pelaku.
Jika memang Brigadir J melakukan pelecehan seksual, mengapa harus sampai di Jakarta terlebih dahulu untuk membuat laporan polisi.
Seharusnya, Irjen Ferdy Sambo bisa melaporkan tindakan Brigadir J kepada polisi yang berada di Magelang, Jawa Tengah.
Atau setidaknya, Sambo memerintahkan Kabid Propam Polda Jawa Tengah untuk menangkap Brigadir J, saat itu juga.
Tapi yang terjadi justru sebaliknya, Ferdy Sambo malah membiarkan Putri Candrawathi tetap dikawal Brigadir J sampai Jakarta.
Padahal Ferdy Sambo telah mengetahui Brigadir J adalah disebut sebagai pelaku pelecehan seksual Putri Candrawathi.
"Tapi istrinya dikawal dengan baik dan tidak masalah sampai Jakara. Itu ngawur itu," kata Kamaruddin, dikutip dari KompasTV.
Selain itu, Kamaruddin menyebut keterangan polisi Ferdy Sambo tidak ada di lokasi saat Brigadir J terbunuh.
Namun, faktanya Ferdy Sambo ada di lokasi kejadian itu dan tertangkap kamera CCTV, sedang melakukan tes PCR di rumahnya.
Menurut Kamaruddin, Ferdy Sambo mengubah alibinya setelah dirinya sudah merasa terpojok.
"Itu karena dia sudah terpojok, sudah tidak bisa ngomong apa-apa lagi, karena sudah terang benderang dia ada di lokasi, tidak benar dia tes PCR, maka dia ciptakan alibi lainnya yang lebih konyol," katanya.
Kamaruddin pun menyarankan Sambo agar bertobat dan merenung, dengan demikian ia tidak berbohong lagi.