Para wanita muda pun mulai secara ilegal meminta tentara untuk melakukan hubungan seks terlarang, biasanya di luar hotel, bar, atau bahkan di jalanan.
Sebagian besar perwira militer menutup mata terhadap tentara yang mencari layanan ini.
Namun tingginya tingkat penyakit kelamin mulai memaksa pejabat untuk menutup rumah bordil.
Ini karena ada banyak tentara benar-benar pergi ke rumah bordil hanya untuk tertular penyakit menular seksual. Alasannya agar mereka dipulangkan!
Sementara itu, Prancis dan Jerman membuka rumah bordil di sepanjang Front Barat.
Rumah bordil ini dipisahkan oleh pangkat militer. Bahkan ada mereka bisa memiliki akses ke pekerja seks yang lebih mahal.
Menurut Angkatan Darat Inggris, selama selama Perang Dunia 1, ada 416.891 pasien dirawat di rumah sakit karena penyakit kelamin.
Dampak positif
Para pekerja seks menjadi hiburan bagi para tentara yang ingin melarikan diri dari kengerian hidup di garis depan.
Pekerja seks juga merupakan sumber penghiburan bagi tentara yang kewalahan.
Ini dikarenakan pertempuran itu membuat mereka trauma dan sering kali sangat mempengaruhi kesejahteraan mental para prajurit.
Oleh karenanya, kunjungan singkat ke rumah bordil ini memberikan dampak positif dan bagi beberapa orang memberikan gambaran tentang keadaan normal di dunia.
Akan tetapi, meski wanita yang bekerja di rumah bordil memiliki dampak positif pada pria yang mencari layanan mereka, para wanita tidak diperlakukan dengan kebaikan yang sama seperti yang mereka tunjukkan kepada pelanggan mereka.
Mereka mendapat gaji rendah, kondisi kerja yang mengerikan, terkena penyakit, dan pelecehan.
Semua itu "normal" dialami oleh pekerja seks pada saat itu.