Ritual Peresean, Tradisi Suku Sasak di Lombok, Ritual Pemanggil Hujan yang Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan Mataram, Diisi dengan Pertarungan Hingga Seni Tari

K. Tatik Wardayati

Penulis

Ritual Peresean, tradisi Suku Sasak di Lombok untuk mendatangkan hujan.

Intisari-Online.com – Di era Kerajaan Mataram, pemuda suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat yang ingin menjadi prajurit harus mengikuti ritual Peresean.

Peresean atau Perisean merupakan pertarungan antara dua orang yang dipersenjatai dengan tongkat rotan (penjalin) dan perisai yang terbuat dari kulit kerbau yang tebal dan keras (end), melansir dari Wonderful Indonesia.

Sejak abad ke-13, Peresean lebih dipercaya sebagai ritual untuk mendatangkan hujan secara tradisional.

Ritual peresean itu diwariskan secara turun-temurun dan sejak kini masih dilakukan hingga menjadi daya tarik pariwisata.

Bahkan pemerintah Lombok yang menyadari adanya potensi dari pesona ritual ini akhirnya mengadakannya setiap tahun di Lombok dengan kegiatan Peresean dalam Festival Bau Nyale.

Peresean biasanya dilakukan pada bulan ketujuh penanggalan suku Sasak.

Melansir dari Tribun Lombok, berikut ini empat fakta terkait ritual Peresean.

1. Peresean sebagai latihan prajurit kerajaan di Lombok

Peresean, selain sebagai ritual mendatangkan hujan, juga merupakan warisan kebudayaan leluhur hingga metode latihan bagi para prajurit di Lombok, yang berasal dari kerajaan-kerajaan di Lombok.

Namun, tidak diketahui pasti kerajaan mana saja yang menggunakan metode itu.

Menurut dari sejarahnya, kerajaan yang berdiri pada abad tersebut seperti Kerajaan Selaparang Hindu, Selaparang Islam, dan Majapahit.

2. Pepadu peresean mendapatkan penghasilan

Pepadu merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut para penari yang bertarung dalam arena peresean.

Dalam hal ini, Pepadu bisa mendapatkan penghasilan mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Inilah yang menjadikan daya tarik bagi kalangan muda untuk mewariskan tradisi tersebut.

3. Peresean merupakan seni tari

Dalam peresean tidak hanya metode latihan bertarung hingga seni bela diri semata yang ditampilkan, tetapi juga seni tari.

Setiap pepadu harus melibatkan unsur tarian dalam pertandingan mereka.

Maka, tak heran dalam setiap pertandingan peresean biasanya diiringi musik yang berasal dari alat-alat musik tradisional Sasak.

4. Kesan mistis

Peresean dimulai ketika tabuhan alat musik Sasak dimulai, yaitu mulai gamelan, gendang, suling, gong, hingga rincik.

Dalam tempo cepat, paduan permainan dari alat-alat musik tradisional itu dibawakan untuk menyemangati pepadu dan dipercaya dapat mengurangi rasa sakit.

Paduan musik dengan tempo cepat itu konon mengandung sugesti hingga memberikan aura mistis dalam aura pertandingan.

Jalannya pertandingan akan berlangsung lama, dan berakhir bila salah satu pepadu mengeluarkan darah, yang berarti tanda bahwa pepadu itu telah kalah.

Menurut kepercayaan, pepadu memiliki bebadong (ajian) yang dppasang di kain pengikat pinggang, juga dilengkapi dengan ikat kepala (saput), dan mengunyah sirih selama pertandingan berlangsung.

Baca Juga: Ritual Tedak Siten, Ritual ‘Turun ke Tanah’ Tradisi Budaya Jawa Agar Bayi Tumbuh Besar Jadi Anak-anak Berkualitas Seperti Arjuna

Baca Juga: Ritual Bakar Tongkang, Festival Tahunan Migran China di Kota Bagansiapiapi, Tentukan Nasib di Tahun Mendatang dari Arah Jatuhnya Tiang Utama Replika Kapal

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait