Ritual Tedak Siten, Ritual ‘Turun ke Tanah’ Tradisi Budaya Jawa Agar Bayi Tumbuh Besar Jadi Anak-anak Berkualitas Seperti Arjuna

K. Tatik Wardayati

Penulis

Ritual Tedak Siten, atau 'turun ke tanah' tradisi budaya Jawa untuk bayi berumur 7-8 bulan.

Intisari-Online.com – Negara kita tercinta yang memiliki keragaman budaya, patut kita lestarikan ini mungkin banyak pula yang belum Anda kenal.

Salah satunya adalah ritual Tedak Siten, yang berasal dari tradisi budaya Jawa.

Ritual Tedak Siten merupakan warisan leluhur budaya dari kearifan lokal Jawa, untuk bayi berusia sekitar 7-8 bulan.

Ritual Tedak Siten, dikenal juga sebagai ritual ‘turun ke tanah’, karena nama ‘Tedak Siten’ berasal dari bahasa Jawa, ‘tedak’ berarti ‘turun’ dan ‘siten’ berarti ‘tanah’.

Bagaimana ritual ‘Tedak Siten’ ini dilakukan?

Ritual ini biasanya dilakukan sebagai rangkaian acara yang bertujuan agar bayi tumbuh menjadi anak-anak.

Pada pagi hari diawali dengan penyajian makanan tradisional berupa jadah atau tetal dengan tujuh variasi warna yang berbeda.

Jadah atau tetal ini terbuat dari ketan yang dicampur dengan parutan kelapa muda dan ditumbuk menjadi satu sebelum diberi warna merah, putih, hitam, kuning, biru, jingga, dan ungu.

Jadah atau tetal itu melambangkan kehidupan anak-anak, sedangkan warna menggambarkan perjalanan yang harus ditempuh bayi, melansir wonderful Indonesia.

Penyajian warna itu dimulai dari hitam hingga putih, yang mewakili harapan orangtua bahwa kesulitan apa pun yang dihadapi bayi itu di masa depan, akan selalu ada cara untuk mengatasinya.

Lalu, dilakukan ritual memanjat tangga, yang terbuat dari tebu yang dihias dengan kertas warna-warni.

Ritual memanjat tangga ini melambangkan harapan orangtua agar bayi memiliki kualitas Arjuna, sosok epos Mahabharata yang dikenal dengan karakternya yang bertanggung jawab dan tangguh.

Setelah ritual tersebut, bayi lalu dimasukkan ke dalam kandang ayam yang telah dihias dengan kertas warna-warni.

Di dalam kandang ayam telah tersedia berbagai barang seperti alat tulis, buku, cermin, dan lain-lain.

Mereka diharuskan memilih salah satu dari barang-barang tersebut.

Barang yang dipilih itu kemudian dipercaya sebagai simbol hobi dan profesi bayi di masa depan.

Ritual ‘Tedak Siten’ diakhiri dengan memandikan bayi di air kembang.

Memandikan bayi di air kembang ini melambangkan harapan bahwa bayi selalu sehat, memiliki kehidupan yang layak, sejahtera, dan baik kepada orang lain.

Baca Juga: Ritual Bakar Tongkang, Festival Tahunan Migran China di Kota Bagansiapiapi, Tentukan Nasib di Tahun Mendatang dari Arah Jatuhnya Tiang Utama Replika Kapal

Baca Juga: Passiliran, Ritual Pemakaman Suku Toraja, Tradisi Mengubur Bayi Meninggal di Lubang Pohon Besar, Ada Satu Syarat yang Tidak Boleh Dilanggar

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait