Find Us On Social Media :

Datang ke Bali Setelah Menlu Retno Marsudi Panggil Para Menteri Luar Negeri G20, Kehadiran Menlu Rusia Sergei Lavrov Dihantui Oleh Perang Rusia-Ukraina dan Krisis Pangan

By May N, Jumat, 8 Juli 2022 | 08:37 WIB

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov hadiri pertemuan para Menteri Luar Negeri G20 yang diadakan oleh Menlu Retno Marsudi

Intisari - Online.com - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov telah terbang ke pulau Bali, Indonesia, untuk pertemuan para menteri luar negeri G20.

Namun agaknya kedatangannya dan pertemuan ini akan dihantui oleh perang Rusia-Ukraina dan terpecahnya G20 atas bagaimana merespon krisis ini.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Lavrov, dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi hadir semua untuk menghadiri undangan dari Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi.

Ketiganya menghadiri pertemuan ini karena kekhawatiran yang dirasakan di antara pemerintah Barat meningkat, yaitu tentang dampak perang terhadap biaya makanan dan bahan bakar, yang membuat PBB memperingatkan "perang yang belum pernah terjadi sebelumnya, gelombang kelaparan dan kemelaratan."

Melansir The Guardian, Pertemuan itu akan menandai pertama kalinya Lavrov bertemu dengan rekan-rekan dari negara-negara yang sangat kritis terhadap perang.

Analis mempertanyakan berapa banyak yang dapat dicapai oleh G20, yang penuh dengan perpecahan tentang bagaimana mengelola perang di Ukraina dan dampak globalnya.

Sementara anggota barat menuduh Moskow melakukan kejahatan perang dan menjatuhkan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang lain – seperti China, Indonesia, India, dan Afrika Selatan – belum mengambil sikap kritis yang sama.

Pada hari Rabu, Lavrov meminta semua pihak di dunia untuk melakukan upaya untuk melindungi hukum internasional, dengan mengatakan: "Dunia berkembang dengan cara yang rumit."

Awal pekan ini, China menyerang AS dan NATO, menyatakan bahwa Washington “mengamati aturan internasional hanya jika dianggap cocok”.

Juru bicara kementerian luar negeri China Zhao Lijian mengatakan kepada wartawan di Beijing bahwa "apa yang disebut tatanan internasional berbasis aturan sebenarnya adalah aturan keluarga yang dibuat oleh segelintir negara untuk melayani kepentingan AS sendiri."

Juru bicara kementerian luar negeri Jerman Christian Wagner mengatakan itu tidak akan menjadi "KTT normal" atau "bisnis seperti biasa".

Joshua Kurlantzick, rekan senior untuk Asia Tenggara di Dewan Hubungan Luar Negeri, mengatakan bahwa presiden Indonesia, Joko Widodo, yang menjadi tuan rumah pertemuan itu, kemungkinan berharap untuk menghindari “pertemuan yang membawa bencana”.