Find Us On Social Media :

3 Mitos Seputar Daging Qurban Kambing saat Idul Adha yang Tidak Harus Anda Percayai

By Muflika Nur Fuaddah, Rabu, 6 Juli 2022 | 10:46 WIB

(Ilustrasi) 3 Mitos Daging Kambing

Kenaikan tekanan darah setelah mengonsumsi daging kambing lebih kecil daripada daging sapi atau ayam karena kandungan lemak total (termasuk lemak jenuh) dan kolesterol dalam daging kambing jauh lebih rendah dari kedua jenis daging tersebut.

Kandungan zat besi dalam seporsi daging kambing pun tidak otomatis mencukupi untuk mendongkrak gairah seksual pria segera setelah dikonsumsi.

Dengan kata lain, tidak ada cukup penelitian ilmiah yang dapat membuktikan makan daging kambing bisa meningkatkan libido pria.

2. Daging kambing tingkatkan risiko hipertensi

Banyak orang menghindari konsumsi daging kambing karena takut tensi darahnya naik.

Mengonsumsi daging kambing sebenarnya tidak perlu terlalu dikhawatirkan karena kandungan lemak jenuh daging kambing yang jauh lebih rendah dari daging sapi dan ayam.

Lemak jenuh daging sapi pada umumnya berkisar sekitar 6 gram dan ayam mengandung hampir 2,5 gram lemak jenuh per porsinya.

Sementara itu, kadar lemak jenuh daging kambing hanya sekitar 0,71 gram per 100 gram berat daging.

Daging kambing justru kaya akan lemak tak jenuh, sekitar 1 gram per porsi, dibanding daging sapi atau ayam.

Lemak tak jenuh adalah jenis lemak baik yang membantu menyeimbangkan kadar kolesterol darah, mengurangi peradangan dalam tubuh, dan menstabilkan detak jantung.

Tekanan darah tinggi setelah makan daging kambing cenderung disebabkan oleh teknik memasak yang salah.

Olahan daging kambing di Indonesia seringnya digoreng dulu sebelum diolah lebih lanjut, atau dipanggang dan dibakar untuk sate dan kambing guling.