Find Us On Social Media :

Pasca Perang Dingin Makin Kacau Balau, Eks-Inspektor Senjata PBB Ini Sebut NATO Telah Berubah dari 'Anjing Penjaga' Eropa Menjadi 'Anjing Penyerang' Amerika Serikat

By May N, Jumat, 1 Juli 2022 | 09:01 WIB

Ilustrasi. Perang Rusia-Ukraina.

"Anjing penjaga, tampaknya telah dilatih menjadi anjing penyerang," tulis Ritter.

Ketika sebuah organisasi melalui transformasi radikal dalam misi utama dan tujuan mereka, tentu saja ada alasan mengenai ini.

Ritter menyebut tampaknya ada tiga alasan, pertama adalah fakta bahwa Rusia menolak menerima permintaan NATO agar Rusia menjadi "mitra" junior yang mana kedaulatannya berada di bawah NATO pasca Perang Dingin Eropa.

Presiden Vladimir Putin sudah menegaskan bahwa Rusia menganggap diri mereka kekuatan besar, dan tentu saja berharap diperlakukan seperti itu terutama ketika menanggapi isu tersebut di dekat perbatasan bekas republik Soviet mereka seperti Ukraina dan Georgia, yang mana hubungan dengan Rusia adalah hubungan alami.

NATO dianggap Ritter walaupun memanggil Rusia sebagai mitra ternyata tidak pernah serius mengenai memperluas persahabatan, dan malah NATO melakukan program ekspansi 30 tahun yang melanggar janji verbal yang dibuat kepada pemimpin Soviet, membuat Rusia lemah dan tidak dianggap serius sebagai "pemenang" Perang Dingin.

Ketika Rusia mendorong NATO, sebuah proses yang ditandai dengan pidato Putin dalam Konferensi Keamanan Munich, NATO mulai bergerak lebih agresif, menjanjikan Georgia dan Ukraina keanggotaan tahunan dalam NATO, dan di tahun 2014, mendukung kudeta kekerasan melawan pemerintahan di Ukraina yang menimbulkan serangkaian peristiwa yang menjadi akar operasi militer Rusia-Ukraina saat ini.

"Berbicara dalam Pertemuan NATO minggu ini, Sekretaris Jenderal organisasi ini, Jen Stoltenberg, mengakhiri pura-pura mereka bahwa blok tersebut adalah pemeran pendukung yang tidak bersalah dalam kejadian yang mendorong intervensi militer Rusia di Ukraina, mencatat dengan bangga bahwa NATO sudah siap melawan Rusia sejak 2014, yaitu sejak kudeta yang dipimpin AS," papar Ritter.

"Memang, NATO sejak 2015 telah melatih militer Ukraina untuk mencapai standar NATO."

Namun latihan militer ini disebut Ritter tidak untuk pertahanan diri Ukraina, tapi untuk tujuannya melawan etnis Rusia di Donbas.

Ritter menyebut NATO tidak pernah tertarik dalam resolusi damai dalam krisis ini, yang muncul ketika nasionalis Ukraina mulai menyerang secara brutal wilayah yang condong ke Moskow.

Dua anggota NATO, Perancis dan Jerman, membantu proses perdamaian dengan Kesepakatan Minsk, yang disebut mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko sebagai penipuan ditujukan untuk mengulur waktu sehingga NATO dapat berlatih dan memberi peralatan militer Ukraina untuk tujuan secara paksa meraih kendali Donbas dan Krimea.

Yang benar-benar dilakukan KTT Munich 2007 adalah menghilangkan kepura-puraan bahwa NATO serius untuk hidup berdampingan secara damai dengan negara Rusia yang kuat dan berdaulat.