Find Us On Social Media :

Rusia Gagal Bayar Utang Luar Negeri, Akankah Bangkrut seperti Sri Lanka yang Ribuan Warganya sampai Antre Berjam-jam di SPBU?

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 30 Juni 2022 | 09:22 WIB

(Ilustrasi) Vladimir Putin - Konflik Ukraina vs Rusia

Intisari-Online.comRusia gagal bayar utang luar negeri (default) untuk pertama kalinya sejak Revolusi Bolshevik 1917, menyusul sanksi atas invasi ke Ukraina. 

Melansir Kompas.com, pada Senin (27/6/2022), Lembaga Pemeringkat Moody's telah mengonfirmasi bahwa Rusia gagal bayar utang luar negeri, setelah pemegang obligasi tidak menerima pembayaran bunga sebesar 100 juta dollar AS.

Utang Rusia mencapai sekitar 40 miliar dollar AS (sekitar Rp 600 triliun) obligasi asing, sekitar setengahnya merupakan kewajiban kepada orang asing.

Sebelum dimulainya invasi ke Ukraina, Rusia memiliki sekitar 640 miliar dollar AS (Rp 9,5 kuadriliun) dalam mata uang asing dan cadangan emas, yang sebagian besar disimpan di luar negeri dan sekarang dibekukan.

Rusia tidak pernah gagal membayar utang internasionalnya sejak Revolusi Bolshevik lebih dari satu abad yang lalu, ketika Kekaisaran Rusia runtuh dan Uni Soviet dibentuk.

Rusia gagal membayar utang domestiknya pada akhir 1990-an, tetapi mampu pulih dari default itu dengan bantuan bantuan internasional.

Investor telah memperkirakan Rusia akan default selama berbulan-bulan.

Kontrak asuransi yang mencakup utang Rusia telah memperkirakan kemungkinan gagal bayar sebesar 80 persen selama berminggu-minggu, dan lembaga pemeringkat seperti Standard & Poor's dan Moody's telah menilai utang negara itu jauh ke golongan “junk” (sampah).

Rusia menyebut kondisi “default” ini adalah buatan.

Pihaknya mengaku memiliki uang untuk membayar utangnya, tetapi menyatakan sanksi telah membekukan cadangan mata uang asingnya yang disimpan di luar negeri.

“Ada uang dan ada juga kesiapan untuk membayar,” kata Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov bulan lalu sebagaimana dilansir AP.

“Situasi ini, yang diciptakan secara artifisial oleh negara yang tidak bersahabat, tidak akan berpengaruh pada kualitas hidup orang Rusia.”