Presiden Joko Widodo menegaskan pentingnya dukungan negara-negara anggota G7 untuk mereintegrasikan gandum Ukraina serta komoditas pangan dan pupuk Rusia dalam rantai pasokan global.
Menurutnya ada dua cara untuk merealisasikan hal tersebut. Yang pertama, segera memfasilitasi ekspor gandum Ukraina. Kedua, melakukan komunikasi secara proaktif kepada dunia agar komoditas pangan dan pupuk dari Rusia tidak terkena sanksi.
“Komunikasi intensif ini perlu sekali dilakukan sehingga tidak terjadi keraguan yang berkepanjangan di publik internasional.
"Komunikasi intensif ini juga perlu dipertebal dengan komunikasi ke pihak-pihak terkait seperti Bank, asuransi, perkapalan dan lainnya,” ungkap Jokowi.
Ia menyoroti mengenai alasan pentingnya penanganan pasokan pupuk yang dapat berdampak besar bagi masyarakat dunia, terlebih di negara berkembang.
“Khusus untuk pupuk, jika kita gagal menanganinya, maka krisis beras yang menyangkut 2 milyar manusia terutama di negara berkembang dapat terjadi,” kata Jokowi.
Dalam ajang KTT G7 ini, Jokowi juga kembali menyerukan agar negara-negara anggota G7 dan G20, bekerja sama mengatasi krisis pangan yang tengah mengancam rakyat khususnya di negara-negara berkembang agar tidak jatuh ke jurang kelaparan dan kemiskinan ekstrem.
“323 juta orang di tahun 2022 ini, menurut World Food Programme (WFP), terancam menghadapi kerawanan pangan akut.
"G7 dan G20 memiliki tanggung jawab besar untuk atasi krisis pangan ini. Mari kita tunaikan tanggung jawab kita, sekarang, dan mulai saat ini,” tegas Jokowi.
Jokowi menekankan pangan adalah permasalahan hak asasi manusia (HAM) yang paling dasar.