Find Us On Social Media :

Rusia Klaim Bunuh Hampir 2.000 Tentara Bayaran Asing di Ukraina, Sementara 20.000 Tentara Bayaran 'Grup Wagner' Ikut Bertempur

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 19 Juni 2022 | 07:00 WIB

(Ilustrasi) Vladimir Putin - Konflik Ukraina vs Rusia

Intisari-Online.com - Pada 24 Februari 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin mengerahkan pasukan ke Ukraina untuk melakukan demiliterisasi dan denazifikasi negara itu.

Seorang pejabat Eropa pada April mengatakan, sekitar 20.000 tentara bayaran dari perusahaan militer swasta Rusia yaitu Grup Wagner, serta dari Suriah dan Libya, bertempur bersama pasukan Moskwa di Ukraina.

Awal bulan ini, otoritas separatis di Ukraina timur menghukum mati warga Inggris yang ditangkap yakni Aiden Aslin dan Shaun Pinner, serta Brahim Saadun dari Maroko karena bertindak sebagai tentara bayaran dan berusaha menggulingkan pemerintah.

Melansir Kompas.com pada Jumat (17/6/2022), Rusia mengeklaim telah membunuh hampir 2.000 tentara bayaran asing di Ukraina sejak dimulainya intervensi militer mereka.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, 6.956 tentara bayaran dan spesialis senjata dari 64 negara tiba di Ukraina sejak awal konflik dan 1.956 di antaranya telah dibunuh.

Adapun sebanyak 1.779 tentara bayaran asing lainnya disebut meninggalkan Ukraina, kata Kemenhan Rusia dikutip dari AFP.

Dikatakan juga bahwa Polandia adalah yang terbanyak di Eropa dalam jumlah pengiriman personel asing ke Ukraina, diikuti oleh Romania dan Inggris.

Kementerian Pertahanan Rusia turut menyebutkan bahwa tentara bayaran yang tiba di Ukraina berasal dari Kanada, Amerika Serikat, dan Georgia.

Kemenhan Rusia menambahkan, jumlah prajurit asing telah berkurang dan banyak yang meninggalkan Ukraina karena meningkatnya jumlah kegagalan militer rezim Kyiv dan kerugian harian besar-besaran dalam tenaga dan peralatan.

Sementara itu pada Minggu (12/6/2022), Kepala Duma Negara Federasi Rusia Vyacheslav Volodin mengatakan gagasan memasok senjata nuklir ke Ukraina di tengah konflik sama dengan memprovokasi konflik nuklir di pusat Eropa dan benar-benar gila.

Diberitakan Russia Today (RT), Volodin berbicara demikian sebagai tanggapan atas pernyataan Radoslaw Sikorski, seorang anggota parlemen Polandia dan Mantan Menteri Luar Negeri Polandia, yang mengatakan bahwa Barat memiliki “hak” untuk memasok senjata nuklir.

“Dengan anggota parlemen seperti itu, Eropa akan memiliki masalah yang jauh lebih serius daripada yang mereka hadapi hari ini, pengungsi, rekor inflasi, krisis energi,” kata Volodin dalam sebuah posting di media sosial.