Penulis
Intisari-Online.com - Nasib tragis yang dialami para kaisar termasuk selir-selirnya ketika digulingkan, tidak terjadi pada janda permaisuri Hu dari Qi Utara.
Dia tak menerima hukuman mati atau memilih untuk bunuh diri, tapi malah membuka tempat prostitusi usai dinastinya runtuh.
Melansir peoplepill.com, Permaisuri Hu, nama pribadinya tidak diketahui, adalah permaisuri dan janda permaisuri dari dinasti Tiongkok Qi Utara.
Ia menjadi permaisuri dari Kaisar Wucheng (Gao Zhan). Kemudian berstatus janda permaisuri pada masa pemerintahan putranya, Gao Wei.
Selama masih menjadi permaisuri, Permaisuri Hu sendiri telah dituduh melakukan hubungan dengan banyak pria.
Pada awalnya, dia dikatakan terlibat dalam hubungan seksual dengan kasimnya, meskipun seorang kasim dikenal sebagai orang yang dikebiri sebelum memasuki istana.
Sejarawan tradisional menggunakan istilah xiexia, "permainan tidak bermoral", daripada "perzinahan" untuk menggambarkan tindakannya dengan mereka.
Kemudian, kontroversi perselingkuhan permaisuri Hu lainnya adalah dengan salah satu pejabatnya, He Shikai.
Baca Juga: Inilah Titik Pijat Refleksi Asam Urat yang Harus Anda Ketahui
Pada tahun 565, Kaisar Wucheng, yang percaya pada tanda-tanda astrologi bahwa pemerintahan kekaisaran akan diubah, menyerahkan takhta kepada Gao Wei.
Gao Wei merupakan putra Kaisar Wucheng dan permaisuri Hu yang menjadi putra mahkota, sementara putra lainnya bernama Gao Yan.
Meski menjadikan Gao Wei penerus takhta, tetapi Kaisar Wucheng dan Permaisuri Hu lebih menyukai Gao Yan.
Bahkan, terkadang mempertimbangkan untuk menggulingkan Gao Wei dan mengangkat Gao Yan menjadi kaisar, meski akhirnya tidak melakukannya.
Menyerahkan takhta pada Gao Wei, Kaisar Wucheng sendiri kemudian mengambil gelar Taishang Huang (pensiunan kaisar). Selain itu, juga membuat Permaisuri Hu bergelar Taishang Huanghou("pensiunan permaisuri").
Namun, masalah negara masih diputuskan olehnya, bukan oleh Gao Wei yang berusia sembilan tahun.
Pada musim semi tahun 568, Kaisar Wucheng jatuh sakit. Ia sempat sembuh usai mendapat perawatan oleh pejabat medis berbakat Xu Zhicai.
Selanjutnya pada musim dingin tahun 568, dia memanggil Xu lagi, yang saat itu menjabat sebagai gubernur Provinsi Yan ke ibu kota Yecheng.
Namun, sebelum Xu tiba, ia lebih dulu meninggal. Permaisuri Hu pun mengambil gelar Janda Permaisuri.
Sementara He Shikai, yang kepadanya dipercayakan urusan negara, tetap berkuasa setelah kematian Kaisar Wucheng.
Pada musim semi tahun 569, pejabat lainnya, termasuk sepupu Kaisar Wucheng, Gao Rui Pangeran Komandan Zhao, saudara laki-laki Kaisar Wucheng, Gao Run Pangeran Fengyi, keponakan Kaisar Wucheng, Gao Yanzong Pangeran Ande, Lou Dingyuan, dan Gao Wenyao, semuanya menyarankan agar He Shikai dikirim keluar ibu kota untuk menjadi gubernur provinsi.
Awalnya, Janda Permaisuri Hu merasa harus setuju, tetapi setelah berkonsultasi lebih lanjut dengan He Shikai, dia malah membunuh Gao Rui dan mengasingkan Lou, sambil mempertahankan He Shikai tetap berkuasa.
Meski begitu, pada tahun 571, Gao Yan tersinggung oleh He Shikai, yang takut akan kekuasaannya dan ingin menurunkannya menjadi gubernur provinsi, ia menangkap He Shikai dan mengeksekusinya.
Janda Permaisuri Hu mengeksekusi Feng, saudara iparnya dan juga rekan Gao Yan, tetapi mencoba untuk menyelamatkan hidup Gao Yan.
Namun, pada akhirnya Gao Wei yang memutuskan untuk membunuh Gao Yan.
Sementara itu, setelah kematian He Shikai, Janda Permaisuri Hu berselingkuh dengan biksu Buddha Tanxian, yang menjabat sebagai direktur urusan Buddhis di pemerintahan kekaisaran—dan perselingkuhan itu menjadi sangat terkenal di kalangan biksu.
Kali ini, desas-desus perselingkuhan permaisuri Hu sampai ke telinga Gao Wei, meski ia tidak mempercayainya.
Setelah penyelidikan, barulah Gao Wei menemukan perselingkuhan Janda Permaisuri Hu dengan Tanxian, kemudian dia membunuh Tanxian dan tiga wanita rekan dekat Janda Permaisuri Hu.
Baca Juga: Sebutkan Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara,Jadi Bukti Sejarah
Juga di musim dingin 571, Gao Wei menempatkannya di bawah tahanan rumah dan menolak mengizinkannya bertemu dengan para bangsawan.
Janda Permaisuri Hu, yang malu dengan aibnya, mencoba menenangkan Gao Wei dengan memperkenalkan putri saudara laki-lakinya ke istana, yang didandani begitu cantik.
Janda permaisuri Hu juga ingin menjadikan keponakannya itu, yang kemudian dikenal sebagai permaisuri Hu, sebagai permaisuri menggantikan istri Gao Wei, Permaisuri Hulu.
Di sisi lain, Permaisuri Hulu sendiri ingin menjadikan putri angkatnya, Selir Mu, sebagai permaisuri, yang mana selir Mu telah melahirkan satu putra Gao Wei, Gao Heng.
Konflik perebutan jabatan tersebut berakhir dengan siasat licik permaisuri Hulu, yang mengadu domba janda Permaisuri Hu dengan keponakan pilihannya.
Ia mengatakan dengan salah, bahwa Hu telah memberitahu Gao Wei tentang "Perilaku Janda Permaisuri yang tidak bermoral dan tidak boleh diikuti."
Janda Permaisuri Hu sangat marah, kemudian tanpa memverifikasi informasi itu, ia memerintahkan agar Permaisuri Hu dikeluarkan dari istana, dan kemudian meminta Gao Wei menggulingkannya.
Sejak saat itu, Lu dan putranya Mu Tipo mendominasi istana. Dan dikatakan, bahkan Janda Permaisuri Hu berada di bawah kendali mereka. Sedikit yang diketahui tentang kegiatan Janda Permaisuri Hu selama beberapa tahun ke depan.
Namun, pada tahun 576, Kaisar Wu dari Zhou Utara melancarkan serangan besar-besaran ke Qi Utara, di mana pada musim semi tahun 577 mencapai sekitar Yecheng.
Untuk mencoba mengubah nasibnya, Gao Wei menyerahkan tahta kepada putranya yang masih kecil Gao Heng dan mengambil gelar Taishang Huang.
Janda Permaisuri Hu kemudian menjadi Janda Permaisuri Agung. Namun, segera dengan kedatangan pasukan Zhou Utara, Gao Wei membawa keluarganya dan mencoba melarikan diri ke timur untuk mengumpulkan pasukan atau melarikan diri ke Dinasti Chen.
Mereka ditangkap dan kemudian dibawa ke ibu kota Zhou Utara, Chang'an. Sementara wilayah Qi Utara sepenuhnya diambil oleh Zhou Utara.
Kaisar Wu dari Zhou Utara mengangkat Gao Wei sebagai Adipati Wen. Namun, kemudian pada tahun 577, karena merasa tidak aman tentang klan Gao, dia menuduh mereka merencanakan pengkhianatan dengan Mu Tipo, dan membantai hampir semua anggota klan Gao.
Janda permaisuri Hu yang tidak terbunuh, segera membuka rumah bordil di Chang'an dengan menantu perempuannya, Permaisuri Mu.
Keduanya pun melayani sebagai pelacur. Dan konon, dia dikatakan telah membuat komentar bahwa "Menjadi pelacur lebih menyenangkan daripada menjadi permaisuri."
Janda Permaisuri Hu meninggal pada awal masa pemerintahan Kaisar Wen dari Sui (581–600), tetapi tahun pastinya tidak diketahui.
(*)