Find Us On Social Media :

Berjarak Lebih dari 4000 Km, Siapa Sangka Letusan Gunung Berapi di Indonesia Ini Diklaim Jadi Pemicu Runtuhnya Kekaisaran China, Bukan Tambora atau Krakatau?

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 29 Mei 2022 | 13:58 WIB

(Ilustrasi) Kekaisaran China

Intisari-Online.com - Kekaisaran China merupakan salah satu dinasti tertua di dunia.

Meski bertahan selama 4.000 tahun, kekaisaran China akhirnya runtuh juga.

Selama ini, peneliti menyebut bahwa faktor keruntuhan kekaisaran China adalah akibat konflik, namun ternyata tak hanya itu.

Melansir Kompas.com, kini peneliti mengungkap bahwa salah satu penyebab runtuhnya kekaisaran China adalah letusan gunung berapi yang nantinya mendinginkan iklim sehingga mengganggu produksi pertanian.

Suhu tanah yang lebih dingin yang disebabkan oleh awan asam sulfat yang menghalangi sinar matahari dan melemahkan hujan monsun dan akhirnya mengurangi hasil panen.

Hasil ini didapat setelah peneliti menganalisis inti es, untuk membandingkan bukti aktivitas gunung berapi yang eksplosif dengan peristiwa dalam sejarah China.

Dikutip dari Eoc, Sabtu (28/5/2022) rekan penulis studi Chaochao Gao, profesor di Departemen Ilmu Lingkungan di Universitas Zhejiang China menyadari bahwa perubahan dinasti telah terjadi di sekitar waktu letusan gunung berapi yang besar.

Untuk mengungkap hubungan tersebut, peneliti kemudian memeriksa inti es di Greenland dan Antartika.

Mereka kemudian menemukan terdapat 158 letusan dari 1 Masehi hingga 1915, beberapa tahun setelah jatuhnya dinasti Qing yang merupakan dinasti terakhir di China.

Mereka juga menemukan pola tertentu dari letusan itu.

"Dalam beberapa penelitian kami sebelumnya, kami menemukan bahwa kekeringan parah atau banjir, kerusakan akibat embun beku, wabah belalang, terjadi pada tahun-tahun setelah erupsi," kata Gao.

Kami juga menemukan pengaruh signifikan dari letusan gunung berapi pada variasi ENSO (El Nino–Southern Oscillation), yang memberi umpan balik untuk memodulasi iklim monsun, yang penting untuk pertanian Tiongkok.

Hal tersebut pun membuat peneliti menyimpulkan, keruntuhan dinasti lebih mungkin terjadi pada tahun-tahun setelah letusan gunung berapi.

Tetapi efeknya makin terlihat, terutama ketika sudah ada konflik sebelumnya.

"Hasil ini untuk pertama kalinya mengonfirmasi peran yang berulang dan sistem dari guncangan vulkanik, sebagai agen penyebab runtuhnya dinasti di salah satu peradaban terpadat dan tahan lama di dunia," tulis peneliti.

Temuan ini mungkin terdengar berlawanan, karena China sendiri hanya sedikit memiliki gunung berapi yang aktif dalam sejarah.

Bahkan, sebagian besar gunung berapi pada periode yang diteliti memang tak aktif.

Sebaliknya, mereka menyebut bahwa aktivitas gunung berapi di Indonesia yang jaraknya lebih dari 4.000 dari China dan di Filipina lah yang secara signifikan memengaruhi suhu dan curah hujan di China.

Meski begitu, peneliti masih mempertanyakan, mengapa peristiwa gunung berapi besar seperti letusan Gunung Tambora justru tak berpengaruh pada perubahan dinasti dibandingkan dengan letusan yang lebih moderat.

"Apa yang kami temukan adalah bahwa keruntuhan terjadi setelah letusan kecil hingga sedang," kata peneliti.

Baca Juga: Dikelilingi oleh Emas dan Permata Berharga, Begini Kisah Penuh Lika Liku Nan Tragis dari Seorang Selir Rendahan yang Dimakamkan di Sana

(*)