Find Us On Social Media :

Mimpi Buruk Seorang Algojo

By Agus Surono, Jumat, 2 Maret 2012 | 04:00 WIB

Mimpi Buruk Seorang Algojo

Di sebuah sudut kamar eksekusi itu ada pintu jebakan lain, tetapi kecil. Hughes membuka pintu jebakan itu dan di bawahnya kami lihat tangga untuk turun ke ruang bawah yang besarnya sama seperti kamar eksekusi.

Langit-langit ruangan bawah itu tinggi. Di tiap dindingnya ada alat untuk menahan pukulan pintu. Alat ini juga mencegah pintu berbalik memukul orang yang digantung.

Kamar ini memiliki dua pintu. Yang sebuah menembus ke luar dinding penjara, untuk membawa may at ke tempat pemakaman. Yang sebuah lagi menembus ke ruang autopsi. Di ruang ini ada sebuah meja besar berlapis logam. Sekeliling meja itu ada selokan. Di sana juga ada tempat cuci tangan dan lemari. Para ahli patologi harus memeriksa jenazah terpidana mati di sini. Tempat itu mengerikan bagi saya.

Dari sana kami kembali ke ruang semula, untuk menerima pelajaran pertama dari Hughes.

"Hukuman mati dengan cara digantung itu efisien, bersih, dan terutama sangat cepat," katanya. "Seperti kalian lihat, jarak antara kamar tahanan dan tempat penggantungan demikian dekatnya. Begitu pintu jebakan terbuka, terpidana mati segera meninggal, sebab tulang lehernya patah. Para petugas penggantungan sama sekali tidak boleh melakukan kesalahan. Camkanlah hal ini."

Beda orang gemuk dengan orang kurus

Hughes menjelaskan tugas penggantung dan asistennya. Semua harus bekerja dengan cekatan dan cepat. Kalau penggantung menepuk pundak asistennya yang bertugas mengikat kaki terpidana mati, sang asisten harus sudah siap menyingkir dari daerah pintu jebakan. Kalau ia kurang gesit dan jebakan keburu menjeblak, akibatnya bisa runyam. Hari itu sudah gelap ketika kami dibubarkan.

Keesokan harinya kami datang lagi ke ruang kelas kami. Kini di situ ada dua buah kotak kayu berwarna hitam. Yang sebuah ukurannya kira-kira 60 x 100 cm. Sebuah lagi lebih kecil. Keduanya dikunci dengan gembok besar. Kotak yang satu berisi rantai baja dan katrol. Kotak yang lain berisi tambang, selubung kepala dari linen, kawat, benang dan sepotong kapur. Masingmasing terdiri atas dua perangkat.

Kata Hughes, peralatan ini biasanya disimpan di Penjara Wandsworth di London. Begitu ada penjara di Inggris yang menerima terpidana mati, kotak-kotak itu dikirim dengan kereta api penumpang biasa, tapi kuncinya dikirim dengan pos tercatat kepada kepala penjara bersangkutan.

Tali gantungan bisa dipakai berulang-ulang. Bahannya rami Italia yang paling bagus. Tiap ujungnya dipasangi logam berlubang. Ke lubang satu dimasukkan ujung yang lain supaya membentuk kalung. Ujung yang tidak berkalung dikaitkan ke rantai yang menggantung di palang.

Bagian tali yang membentuk kalung dilapisi dengan kulit supaya cedera pada bagian luar leher orang yang digantung bisa minimal. Kalung itu harus berada sebatas kepala, supaya mudah dan cepat dikalungkan.

Saya heran sekali karena tali harus dikaitkan pada rantai segala. Mengapa tidak diikat langsung saja ke palang?