Find Us On Social Media :

Indonesia dan 4 Negara Lain Jadi Tuan Rumah KTT, Delegasi G20 Akan Ramai-ramai 'Walkout' Jika Rusia Hadir

By Muflika Nur Fuaddah, Rabu, 20 April 2022 | 18:06 WIB

(Ilustrasi) Presiden Jokowi - AS menyebut aplikasi PeduliLindungi melanggar hak asasi manusia (HAM).

Moskwa mengonfirmasi pada Selasa (19/4/2022) bahwa Menteri Keuangan Anton Siluanov akan memimpin delegasi Rusia pada pembicaraan tersebut.

Langkah itu diambil meskipun ada protes berulang kali dari diplomat Barat, yang menilai Rusia dapat melanjutkan kerja sama seperti biasa, selama perang Rusia Ukraina masih berlangsung dan ribuan warga sipil tewas dalam pemboman.

"Selama dan setelah pertemuan kami pasti akan mengirimkan pesan yang kuat dan kami tidak akan sendirian dalam melakukannya," kata sumber Pemerintah Jerman, menuduh Rusia memulai konflik yang juga membuat harga pangan dan energi dunia melonjak.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen berencana untuk menghindari sesi G20 yang diikuti oleh pejabat Rusia di sela-sela pertemuan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia.

Namun Yellen mengaku tetap akan menghadiri sesi pembukaan tentang perang Ukraina terlepas dari partisipasi Rusia, kata seorang pejabat Departemen Keuangan AS.

Menteri keuangan Inggris Rishi Sunak juga tidak akan menghadiri sesi G20 tertentu, kata sumber Pemerintah Inggris kepada Reuters.

Seorang pejabat kementerian keuangan Perancis sementara itu mengharapkan beberapa menteri dari negara-negara G7 untuk meninggalkan kursi mereka ketika rekan Rusia mereka akan berbicara.

Perpecahan di G20

Selain negara-negara G7 (Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Inggris, Perancis, Jerman dan Italia), G20 juga menggabungkan negara-negara berkembang termasuk China, India dan Brasil yang memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang bagaimana ekonomi global harus bekerja.

Invasi Rusia ke Ukraina, dan fakta bahwa beberapa negara G20 memilih untuk tidak mengikuti sanksi Barat terhadap Rusia, menjadi tantangan terbaru bagi upaya untuk membangun seperangkat aturan global untuk perdagangan dan keuangan kedepannya.

Amerika Serikat dan China telah lama bertukar tuduhan proteksionisme.

Sementara fakta bahwa perdagangan dunia tumbuh lebih lambat daripada ekonomi global secara keseluruhan telah menimbulkan pertanyaan tentang masa depan globalisasi.

Menjelang pertemuan G20, seorang pejabat tinggi IMF memperingatkan risiko ekonomi global yang terpecah-pecah.

"Satu skenario adalah di mana kita membagi blok yang tidak banyak berdagang satu sama lain, yang memiliki standar berbeda, dan itu akan menjadi bencana bagi ekonomi global," kata kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas kepada wartawan.

Baca Juga: Susah Payah Dibangun, Jutawan Ukraina Minta Rumah Barunya Dibom Setelah Tahu Pasukan Rusia Lakukan Hal Ini pada Rumahnya

 (*)