Find Us On Social Media :

Sempat Ogah Ikut Campur Perang Rusia-Ukraina, Mendadak NATO Kirim Pasukan Militernya ke Wilayah Sengketa Ini Untuk Bantu Ukraina, Perang Jilid 2 Dimulai?

By Mentari DP, Minggu, 10 April 2022 | 18:30 WIB

Sikap NATO terhadap perang Rusia dan Ukraina.

Intisari-Online.com - Setelah satu bulan lebih perang Rusia dan Ukraina terjadi, NATO akhirnya mengerahkan kekuatan militernya.

Ke mana pasukan NATO akan pergi?

Apakah langsung terjun dalam perang Rusia dan Ukraina?

Dilansir dari dailymail.co.uk pada Minggu (10/4/2022), NATO dilaporkan sedang bersiap untuk mengerahkan kekuatan militer skala penuh permanen.

Nantinya mereka akan pergi ke sisi timurnya untuk mampu memukul mundur invasi Rusia.

Hal itu dikatakan oleh Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.

Saat ini, NATO hanya mengerahkan kekuatan 'tripwire' yang relatif kecil di negara-negara Baltik yang berbatasan dengan Rusia dan Belarusia.

Di mana itu dimaksudkan untuk menandakan komitmen mereka terhadap pertahanan negara-negara tersebut.

Sebagai bagian dari 'pengaturan ulang' utama NATO, kehadiran simbolis ini akan digantikan oleh kehadiran yang mampu mengalahkan tentara Rusia tanpa perlu memanggil bala bantuan dari seluruh aliansi.

Stoltenberg mengatakan bahwa NATO tengah melakukan transformasi yang sangat mendasar.

Ini sebagai konsekuensi jangka panjang dari tindakan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Stoltenberg menunjukkan bahwa jumlah pasukan NATO di sayap timur sudah mencapai 40.000.

Jumlah itu hampir 10 kali lebih banyak daripada beberapa bulan yang lalu sebelum perang dimulai.

"Apa yang kita lihat sekarang adalah kenyataan baru, normal baru bagi keamanan Eropa," ungkap Stoltenberg.

"Oleh karena itu, kami sekarang telah meminta komandan militer kami untuk memberikan opsi untuk apa yang kami sebut pengaturan ulang, adaptasi jangka panjang NATO."

"Saya berharap para pemimpin NATO akan membuat keputusan tentang hal ini ketika mereka bertemu di Madrid pada KTT NATO pada bulan Juni."

Pernyataan Stoltenberg tentang peningkatan pasukan timurnya terjadi pada hari Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menjadi pemimpin G7 pertama yang melakukan kunjungan ke Kyiv untuk pertemuan langsung dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Dalam pertemuan itu, Boris Johnson mengatakan Inggris akan memberi bantuan militer dalam bentuk 120 kendaraan lapis baja ditambah rudal anti-kapal.

Bahkan Inggris juga akan menjamin tambahan 385 juta Poundsterling pinjaman Bank Dunia ke Ukraina.

Sehingga total jaminan pinjaman Inggris menjadi 760 juta Poundsterling.

Kunjungan Johnson menjadikannya pemimpin G7 pertama yang mengunjungi Kyiv sejak Putin melancarkan invasinya.

Inggris sendiri telah menjadi salah satu sekutu dan pendukung paling setia Ukraina.

Dan sikap Inggris ini membuat Stoltenberg mendesak negara-negara NATO lainnya untuk meniru perilaku ini.

Di mana dia meminta negara NATO lainnya untuk memasok Ukraina dengan senjata yang dibutuhkan untuk melawan tentara Rusia.

Tujuannya agar meningkatkan ketegangan dengan Rusia.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Negara 'Kaki Tangan' Vladimir Putin, Mendadak Pasukan Belarusia Memasuki Ukraina, Terkuak Mau Lakukan 'Operasi Khusus' Karena Hal Ini