Padahal Ukraina yang Babak Belur Dihajar Rusia, Tetapi Negeri Tirai Besi Justru Sebut Ukraina Susahnya Bukan Main Diajak Negosiasi, Lantas Apa Maunya?

Afif Khoirul M

Penulis

Putin Bersedia Setop Invasi Rusia ke Ukraina, Minta Syarat Ini

Intisari-online.com - Pihak Rusia berkomentar bahwa bernegosiasi dengan Ukraina yang tidak mudah, tetapi Rusia bertekad untuk melanjutkan.

Kantor berita RIA Novosti mengutip juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada 2 April yang mengatakan bahwa negosiasi dengan Ukraina tidak mudah, tetapi yang penting adalah bahwa Rusia terus berlanjut.

"Ukraina adalah negara yang sangat sulit, bagi kami. Dalam keadaan saat ini, ini adalah negara yang bermusuhan bagi kami," RIA mengutip Peskov kepada televisi Belarusia.

Delegasi Rusia dan Ukraina telah melakukan beberapa putaran negosiasi, bertemu di Belarusia, online, dan baru minggu lalu secara langsung di Istanbul (Turki).

"Masalah utamanya adalah negosiasi berlanjut, di Istanbul atau di tempat lain," kata Peskov, seraya menambahkan bahwa negosiasi itu "tidak mudah".

Peskov juga mengatakan bahwa Rusia ingin melanjutkan negosiasi di negara tetangga Belarusia, tetapi pihak Ukraina menentang gagasan tersebut.

Peskov menambahkan bahwa Rusia meluncurkan operasi militer untuk "menyelamatkan" dua wilayah di timur Ukraina (Donesk dan Luhansk) dan dia yakin bahwa bahasa Rusia akan dikembalikan ke tempat yang seharusnya di wilayah ini.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa "operasi khusus" Rusia di Ukraina diperlukan "untuk melindungi mereka yang menjadi sasaran intimidasi dan genosida".

Baca Juga: Saat Dunia Fokus ke Perang Rusia-Ukraina, China Diam-diam Lakukan Latihan Militer Besar-besaran di Laut China Selatan, Aktivitas AS Ini Dianggap Jadi Pemicunya

Baca Juga: Habis Sudah Kesabaran Rusia pada Inggris, Rusia Ancam Bakal Serang Pasokan Inggris Jika Terus Kirim Senjata Mematikan ke Ukraina

Tetapi Ukraina membantah tuduhan genosida tersebut.

Putaran terakhir negosiasi antara kedua delegasi Rusia dan Ukraina berlangsung pada 29 Maret di Turki dan menyepakati banyak poin penting, membuka harapan bahwa akhir konflik sudah dekat.

Setelah pembicaraan, kepala delegasi Rusia, Boris Medinsky, mengajukan proposal tertulis untuk perjanjian damai antara kedua negara, yang dia gambarkan sebagai "substantif", kata Medinsky.

Usulan tersebut akan diteruskan ke Presiden Rusia Vladimir Putin untuk dipertimbangkan.

Radio RT mengulas hal-hal penting dari negosiasi tersebut.

Rusia mengurangi kampanye militernya di Ukraina. Kementerian Pertahanan Rusia berjanji untuk "secara signifikan" mengurangi aktivitas di dekat kota-kota di provinsi Chernihiv dan ibu kota Kiev.

Ukraina menginginkan jaminan keamanan seperti NATO.

David Arakhamia, kepala tim perunding Ukraina, mengatakan bahwa Kiev mencari jaminan keamanan yang serupa dengan yang diatur dalam Pasal 5 Perjanjian Atlantik Utara.

Baca Juga: 'Ini Mungkin Terakhir Kalinya Anda melihat Saya masih Hidup,' Terungkap Rencana Pembunuhan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky

Baca Juga: PasukanRusiaTerlihat Mulai Mundur Tinggalkan Kyiv, Barat Mendadak Kirim Puluhan Senjata Artileri Jarak Jauh ke Ukraina, Benarkah Barat Ingin Serang Balik Vladimir Putin?

Arakhamia menyebut Rusia, Inggris, China, Amerika Serikat, Turki, Prancis, Kanada, Italia, Polandia, dan Israel sebagai negara yang dapat memberikan jaminan keamanan ke Ukraina.

Ukraina tidak bergabung dengan blok militer mana pun, dan melakukan denuklirisasi.

Ukraina berjanji untuk tidak bergabung dengan aliansi militer mana pun, tidak menerima pasukan asing, tidak mengizinkan negara asing mendirikan pangkalan militer di wilayah itu, bahkan latihan militer memerlukan persetujuan dari negara-negara yang menjamin keamanan.

Ukraina juga berjanji untuk tidak mencari senjata pemusnah massal, termasuk senjata nuklir.

Namun, Ukraina ingin Rusia tidak keberatan dengan kemungkinan bergabung dengan Uni Eropa di masa depan.

Krimea, masalah Donbass belum terselesaikan.

Ukraina telah mengusulkan untuk menangguhkan penanganan situasi Krimea selama 15 tahun, selama waktu itu nasib Krimea akan dirundingkan dan kedua belah pihak berjanji untuk tidak menggunakan kekuatan militer untuk menyelesaikannya.

Masalah Donbass juga akan ditangguhkan sementara, menunggu negosiasi.

Baca Juga: Peduli Setan dengan Sanksi Barat, Negara Asia Ini Malah Jor-Joran Belanja Dari Rusia Gara-Gara Dapat Diskon Besar, Tak Disangka Konsekuensi Ini Bakal Menanti

Baca Juga: Habis Sudah Kesabaran Rusia pada Inggris, Rusia Ancam Bakal Serang Pasokan Inggris Jika Terus Kirim Senjata Mematikan ke Ukraina

Rusia setuju dengan kemungkinan bahwa Putin bertemu Zelensky.

Pihak Rusia telah menyetujui kemungkinan mengadakan pertemuan antara Presiden Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai bagian dari tahap akhir negosiasi perjanjian damai di masa depan.

Menurut Kremlin, pertemuan tersebut dapat dijadwalkan setelah para menteri luar negeri kedua negara sepakat dan menandatangani dokumen tersebut.

Artikel Terkait