Find Us On Social Media :

Kontroversi Tuanku Imam Bonjol, Pemimpin Utama Perang Padri yang Dikisahkan Ciptakan Penderitaan bagi 'Nenek Moyang' Orang Batak

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 18 Februari 2022 | 16:12 WIB

(Ilustrasi) Tuanku Imam Bonjol, pemimpin utama Perang Padri

Selanjutnya Tuangku Imam Bonjol diasingkan ke Priangan, kemudian Ambon dan akhirnya Manado.

Perang Padri berakhir pada 1838 di Daludalu dengan kemenangan Belanda.

Baca Juga: Sebelum Jadi Raja Kerajaan Wajo, La Taddampare Simpan 'Jejak Hitam' Kejahatan namun Keburukannya 'Meluruh' Seiring Hanyutnya Benda Ini di Sungai

 Baca Juga: Tak Tahan dengan Kecantikan Ken Dedes, Tunggul Ametung Terpaksa Culik Wanita yang Bakal Lahirkan Raja-raja di Tanah Jawa, Nyawanya pun Berakhir Jadi Tumbal di Ujung Keris Seperti Kutukan Pendeta Ini

Tuanku Imam Bonjol (1722-1864) diangkat sebagai pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, 6 November 1973 sebagai pemimpin utama Perang Padri di Sumatera Barat (1803-1837) yang gigih melawan Belanda.

Meski begitu, gelar kepahlawanannya sempat digugat lantaran dituduh melanggar HAM lantaran menewaskan jutaan orang selama invasi Tanah Batak (1816-1833).

Kekejaman Padri disorot dengan diterbitkannya buku MO Parlindungan, Pongkinangolngolan Sinamabela Gelar Tuanku Rao: Teror Agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak, 1816-1833 (2006) dan karya Basyral Hamidy Harahap, Greget Tuanku Rao (2007).

Kedua penulisnya dari Tanah Batak, menceritakan penderitaan nenek moyangnya dan orang Batak umumnya selama serangan tentara Padri 1816-1833 di daerah Mandailing, Bakkara, dan sekitarnya.

Selama berlangsungnya perang, pasukan kaum Paderi tidak hanya berperang melawan Belanda.

Namun mereka juga menyerang Tanah Batak Selatan, Mandailing, untuk meng-Islam-kan Tanah Batak Selatan dengan menggunakan kekerasan senjata.

Baca Juga: Pria dengan Perawakan Raksasa, Lengan Kuat, dan Pemanah Perkasa, Inilah Kisah Hayk, Pendiri Armenia Legendaris yang Kalahkan Raja Bel dari Babilonia

 Baca Juga: Pimpin Pasukan Selir Raja yang Dilatihnya untuk Selamatkan Raja, Inilah Lin Siniang, Pejuang Wanita China yang Telah Gunakan Pedang Mematikan Sejak Usia Dini, Sempat Jadi Pelacur Karena Kemiskinan

(*)