Penulis
Intisari-online.com - Konflik antara Ukraina dan Rusia telah memicu skenario panjang hubungan kedua negara ini.
Antara Rusia dan Ukraina jelas Rusia lah yang diunggulkan karena kekuatan militernyata yang menang telak.
Meski demikian, Ukraina justru sesumbar ingin merebut kembali Krimea secara paksa dari tangan Rusia.
Seorang pejabat keamanan nasional Ukraina mengakui bahwa tentara Ukraina belum mampu merebut kembali Krimea dengan paksa.
Presiden Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Aleksey Danilov pada 3 Februari mengatakan kepada saluran TV 1+1.
Ia mengatakan bahwa menggunakan pasukan Ukraina untuk merebut kembali Krimea dari Rusia bukanlah proposisi yang realistis, tetapi Itu mungkin menjadi pilihan di masa depan.
Menurut Danilov, Ukraina tidak akan begitu saja menerima Krimea sebagai bagian dari wilayah Rusia.
Dengan mengatakan bahwa Kiev akan "melakukan segalanya" dengan kekuatannya untuk mendapatkan kembali kendali atas semenanjung itu.
"Apakah kami memiliki strategi untuk merebut kembali Krimea dengan cara militer? Saat ini, kami memiliki strategi untuk merebut kembali Krimea," katanya.
"Apakah itu militer atau tidak, itu tergantung pada banyak faktor. Tapi untuk saat ini, saya dapat mengatakan itu tidak mungkin," jelasnya.
Rusia mengambil alih semenanjung Krimea pada tahun 2014 setelah referendum.
Ukraina dan banyak negara di dunia memandang referendum dan tindakan Rusia sebagai pendudukan ilegal.
Danilov juga berbicara tentang daerah-daerah di bawah kendali separatis pro-Rusia di Ukraina timur.
Menurut Danilov, perebutan kembali wilayah-wilayah tersebut dengan aksi militer tidak mungkin dilakukan karena akan menimbulkan korban jiwa yang besar.
Berbicara tahun lalu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia akan "membantu Ukraina memecahkan masalah Donbass di Ukraina timur tetapi tidak ingin membahas Krimea".
Pada bulan Januari, kepala angkatan laut Jerman, Laksamana Madya Kay-Achim Schönbach, dipaksa mengundurkan diri setelah mengatakan bahwa Krimea "tidak akan pernah kembali (ke Ukraina)".
Kementerian Luar Negeri Ukraina kemudian memanggil duta besar Jerman untuk mengeluh tentang komentar Schönbach yang "tidak dapat diterima".
Sementara itu, berbicara pada briefing pada 4 Februari, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova memperingatkan bahwa negara itu akan merespons jika Inggris memberikan sanksi kepada perusahaan dan warga Rusia.
"Kami telah mencatat pernyataan keterlaluan yang dibuat oleh Kantor Luar Negeri Inggris tentang niatnya untuk memberikan sanksi kepada perusahaan dan individu Rusia," Zakharova, menambahkan bahwa London akan "menembak dirinya sendiri" jika memilih untuk menghukum Moskow.
"Jika sanksi diumumkan terhadap perusahaan Rusia secara ilegal, itu akan menjadi masalah. Akan menjadi hambatan bagi pengembangan perdagangan dan hubungan ekonomi. Kami akan merespons," tambahnya.
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss sebelumnya mengatakan bahwa jika Rusia melakukan intervensi militer di Ukraina.
Hal itu akan membuatnya menjatuhkan sanksi terberatnya, menandai perubahan terbesar dalam pendekatan London sejak meninggalkan Uni Eropa (UE).