Kisah Apalala, Naga Besar Menakutkan yang Kendalikan Sungai Swat Berubah Jadi Raja Naga yang Baik Hati Selalu Bantu Orang dalam Mitologi Buddhis

K. Tatik Wardayati

Penulis

Apalala, naga ganas yang berubah jadi Raja Naga baik hati dalam mitologi Buddhis.

Intisari-Online.com – Dalam cerita mitologi Buddhis, Apalala, naga penghuni air yang menakutkan ini hidup di mata air pegunungan yang merupakan sumber Sungai Swat di Pashawa di India.

Daerah ini saat ini terletak di Peshawar, Provinsi Khyber-Pakhtunkhwa, Pakistan.

Bahkan, di Provinsi Swat di Pakistan yang kaya dengan pengetahuan Buddhis awal, banyak versi cerita Apalala yang berbeda.

Tidak seperti kebanyakan naga lainnya, Apalala memiliki kepala manusia dan tubuh luar, dia bijaksana dan licik.

Raja Naga (atau naga air) yang besar dan kuat selalu memiliki kekuatan yang sangat besar atas manusia.

Sungai sangat penting untuk panen dan kehidupan di wilayah tersebut, dan Apalala, Raja Naga, mampu mengendalikan aliran Sungai Swat dan jumlah hujan yang turun di daerah tersebut.

Itu berarti, orang-orang sangat bergantung pada Apalala.

Dia membantu para petani setempat menjalani kehidupan yang baik dengan melindungi lembah dari naga jahat yang mencoba menyebabkan kekeringan, banjir berbahaya, dan badai hujan yang tiba-tiba.

Baca Juga: Inilah Kerajaan Sumedang Larang, Pecahan Kerajaan Sunda-Galuh yang Jadi Bawahan Kesultanan Mataram Islam, Salah Satu Rajanya Pernah Gunakan Keris Naga Sasra untuk Diplomasi Salaman dengan Belanda

Baca Juga: Amat Besar! Fosil Reptil Terbang Seperti Naga Ini Ditemukan di Australia, ‘Tidak Diciptakan untuk Makan Brokoli!’

Untuk rasa terima kasih dan penghargaan atas perbuatan baiknya, naga besar itu hanya meminta imbalan dalam bentuk biji-bijian yang dipersembahkan kepadanya setiap musim.

Sayangnya, penghormatan kepada Apalala ini terhenti karena kelalaian masyarakat, yang membuatnya sangat marah dan dendam.

Raja Naga menunjukkan kekecewaannya dengan mengirimkan banjir besar untuk menyapu lembah, lalu dia juga menyebabkan kekeringan yang mengerikan, banjir, atau badai dahsyat yang menghancurkan tanaman lokal.

Buddha yang bermaksud membantu orang-orang yang terkena dampak banjir dan kekeringan, datang ke Swat untuk mengunjungi Raja Naga yang sangat marah dan kecewa.

Dalam salah satu versi legenda Buddhis, disebutkan bahwa ketika Buddha memutuskan untuk mengunjungi naga ganas itu, dia ingin membuat kesan besar pada makhluk itu.

Dia muncul di alam Raja Naga, tapi dia tidak datang sendiri.

Rekannya adalah Vajrapani , dianggap dalam Buddhisme Mahayana sebagai salah satu bodhisattva yang muncul paling awal, makhluk tercerahkan yang, karena belas kasih, meninggalkan nirwana untuk menyelamatkan orang lain.

Kepribadian agung seperti itu dianggap sebagai roh kompleks yang bermanifestasi dalam berbagai bentuk dan melambangkan semua kekuatan Buddha.

Baca Juga: Uesugi Kenshin, Daimyo Zaman Sengoku Jepang Berjuluk 'Naga dari Echigo' yang Dipercaya sebagai Avatar Bishamonten

Baca Juga: Pantas Saja Negara Asia Tengah Pilih Bungkam Jika Berurusan dengan China, Ternyata 'Cengkeraman Naga' Membuat Negara-negara Ini Hanya Bisa Pasrah

Dia mengalahkan gunung di mana Apalala berdiam dengan sambaran petir Vajparani yang luar biasa.

Dengan ketakutan, Apalala mendengarkan cara Sang Buddha yang meyakinkan bahwa apa yang telah dilakukannya adalah salah.

Apalala pun berhenti menyiksa orang-orang lembah, dan sebagai imbalannya, mereka berjanji untuk memberinya upeti besar setiap dua belas tahun untuk merayakan kebaikannya.

Sikap Raja Naga terhadap orang-orang berubah, dan dia dikenal luas karena empati terhadap manusia.

Dalam seni Buddha di wilayah Swat, terdapat adegan yang menggambarkan Raja Naga yang marah sedang dijinakkan oleh Buddha.

Dari kisah legenda paling terkenal ini, yang secara tradisional diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya, untuk mengajari anak-anak bahwa keyakinan memiliki kekuatan luarb iasa dan memberikan kebahagiaan sejati.

Setelah pertobatannya, Apalala masih mengeluh, ‘jika dia menghindari banjir, seperti yang dijanjikannya, dia tidak akan mendapat rezeki. Oleh karena itu, Tathagata mengizinkannya membangjiri Sungai Swat setiap dua belas tahun sekali.’

Banyak cerita legenda dengan versi berbeda, termasuk kisah Apalala ini, melansir Ancientpages.

Baca Juga: Pantas Saja Negara Asia Tengah Pilih Bungkam Jika Berurusan dengan China, Ternyata 'Cengkeraman Naga' Membuat Negara-negara Ini Hanya Bisa Pasrah

Baca Juga: Benci Setengah Mati dengan China, India Sampai Jadikan Buah Ini Sasaran Kebenciannya, Ganti Namanya Dari Buah Naga Dengan Nama Ini Demi Menghilangkan Unsur China

Diyakini, bahwa cerita Apalala merujuk pada dewa atau pahlawan mirip Indra dengan pedang petir yang menaklukkan raja naga, karena Indra pernah mengubah dirinya menjadi ular raksasa, memenuhi seluruh lembah di Swat selama masa kelaparan, dan membiarkan penduduk memakannya.

Sementara Xuanzang (602-664), seorang biksu, cendekiasan, pengelana, dan penerjemah Budda Tiongkok abad ke-7, menjelaskan bahwa Indra sebenarnya adalah inkarnasi Sang Buddha.

Baca Juga: Sebut Dirinya 'Naga Putih Berwarna Biru', Wanita Ini Habiskan Rp1 Miliar untuk Miliki 600 Tato di Seluruh Tubuhnya, Termasuk Tato Bola Mata dan Belah Lidah, 'Aku Bahagia'

Baca Juga: Takjub Lihat Naga di Game of Thrones? Ini Dia Dragon, 'Naga' Perang Tercanggih di Dunia Lengkap Dengan Peluncur Rudal yang Mematikan, Persis Dengan Drogon Sang Naga!

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait