Megaproyek China di Negaranya Terancam Gagal Total, Perdana Menteri Pakistan Berangkat Temui Presiden China Di Pembukaan Olimpiade China, Tebusan Duit Ratusan Miliar Ini Taruhannya

May N

Penulis

Demo puluhan ribu orang menuntut Imran Khan, PM Pakistan, untuk mundur

Intisari - Online.com -Perdana Menteri Pakistan Imran Khan terbang ke Beijing, China, guna hadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin.

Namun kesempatan itu juga ia gunakan untuk bertemu dengan para pemimpin China dan meredakan kekhawatiran keamanan proyek Beijing di Pakistan.

Serta guna menangani perbedaan atas proyek-proyek Belt and Road Initiative (BRI) di negaranya.

Imran Khan dijadwalkan bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping, beserta pemimpin China lainnya dari 3-6 Februari di mana diskusi akan mau tidak mau beralih ke pembayaran jatuh tempo sebesar USD 1,5 miliar.

Melansir Asia Times, Pakistan berutang kepada perusahaan energi China yang sudah membangun pembangkit listrik sebagai bagian dari Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC) senilai USD 60 miliar.

Otoritas CPEC telah memperingatkan jika unit pembangkit listrik buatan China akan gagal jika utang tidak segera diurusi segera.

Selama briefing dengan Perdana Menteri Khan minggu lalu, otoritas memperingatkan jika Produsen Listrik Independen China (IPP) mungkin segera menahan operasi mereka di bawah Kesepakatan Pembelian Listrik karena harga batu bara internasional yang meningkat.

CPEC memiliki nilai penting bagi Beijing sebagai alat pemulus ambisi BRI mereka di Asia Selatan, atau setidaknya sebagai rute perdagangan alternatif untuk barang-barang dan pengiriman energi yang saat ini melewati Selat Malaka yang rentan.

Baca Juga: Pembangunan China di Pakistan Makin Tak Terbendung, Pasukan Separatis Mematikan Ini Kirimkan Serangan Teror Guna Hadang Pembangunan China, Dorongan dari Taliban Ini Sebabnya

Baca Juga: Setengah Mati Benci India, China Senjatai Negara Musuh India Ini dengan Rudal DF-17 untuk Lawan India

Pakistan juga diuntungkan dari infrastruktur pelabuhan dan memperbaiki jalanan.

Namun komponen pembangkit listrik CPEC< yang telah melihat pembangunan beberapa fasilitas generator listrik baru dalam beberapa tahun terakhir, telah membuat macet koridor lebih luas di tengah persepsi di Pakistan jika ketentuan finansial membangun dan mengambil-atau-membayar kontrak listrik mengharuskan Islamabad membayar listrik walaupun tidak dikirim dan ditransmisikan untuk keuntungan China.

Dengan ini, posisi Pakistan sangatlah dirugikan.

Qaiser Bengali, seorang ekonom terkemuka yang mengepalai Pusat Perkembangan dan Kebijakan Sosial (SPDC) dan Karachi dan Institut Kebijakan Perkembangan Berkelanjutan (SDPI), mengklaim jika kesepakatan pembelian listrik sangat membantu China dan memberi banderol biaya tidak berkelanjutan untuk ekonomi dan keuangan nasional.

"Pemerintah telah memperbolehkan jaminan keuntungan bersih 15% kepada perusahaan listrik China atas biaya investasi mereka.

"Investor China memanfaatkan fasilitas ini dengan meningkatkan biaya investasi agar meningkatkan persentase keuntungan mereka dari 15 sampai 30%," ujar Bengali, menambahkan jika Kesepakatan Perdagangan Bebas China-Pakistan juga telah lebih menguntungkan China.

"Kesepakatan perdagangan menyebut tidak ada pajak dan bea cukai atas barang-barang yang diimpor dari China atau diekspor dari Pakistan ke China.

"Ini merupakan kesepakatan dalam dasar kesetaraan, tapi kesetaraan hanya bekerja ketika kami memerlukan barang-barang yang dibuat oleh China dan China memerlukan barang-barang yang dibuat di Pakistan," ujar Bengali.

Baca Juga: Tak Main-main Persiapan India untuk Hadapi China dan Pakistan, Ini 5 'Senjata Pendobrak' yang Dibeli India untuk Dongkrak Kekuatan Militernya

Baca Juga: Terlanjur Bangga Punya Rudal S-400 yang Bisa Tangkal Serangan China dan Pakistan, India Harus Siap Kecewa Rudal Itu Tak Sehebat yang Digembar-gemborkan Rusia

Ia mencatat jika Pakistan kekurangan produk kelas atas untuk diekspor ke China terlepas dari beberapa komoditas unggulan seperti handuk dan seprai.

"Kesepakatan perdagangan bebas, alih-alih meningkatkan ekspor negara, malah justru merusak impor. Semua kesepakatan yang dicapai dengan China hanya membantu China dan berdampak pada hancurnya ekonomi dan industri lokal," klaim Bengali.

China telah mengutarakan ketidaknyamanan mereka sendiri dengan CPEC.

Beijing baru-baru ini berhenti mendanai proyek-proyek CPEC besar sementara mereka mencari jaminan keamanan baru dari Islamabad di tengah meledaknya serangan militan ke proyek China.

Berkaitan dengan itu, Beijing telah menaruh proyek jalur kereta Main Line-1 (ML-1) senilai USD 6,8 miliar, proyek terbesar CPEC, di belakang.

ML-1 menawarkan perbaikan jalur kereta yang sudah ada menghubungkan Karachi ke Peshawar dan Taxila ke Havelian (1.733 kilometer), memperbaiki dan membangun jembatan-jembatan besar, memasang sistem telekomunikasi dan sinyal modern dan mengubah tingkat jalan menjadi underpass dan flyover.

Analis mengatakan China tidak mempertimbangkan kegagalan situasi politik, keuangan dan keamanan untuk investasi lebih jauh, terutama ketika Islamabad mencari pinjaman tambahan dengan tingkat bunga luar biasa rendah ketika hampir gagal membayar kesepakatan keuangan yang sudah ada.

Laporan media lokal mengindikasikan jika Kementerian Keuangan Pakistan telah memfinalisasi rancangan kesepakatan untuk pinjaman USD 3 miliar guna menopang menipisnya cadangan devisa untuk dibahas selama kunjungan Khan dengan para pemimpin China ke Beijing.

Baca Juga: Terlihat Baik-baik Saja, Negara Pemilik Senjata Nuklir Ini Disebut-sebut Bangkrut Akibat Utang China, Terkuak Rincian Bisnis Raksasa dengan China Ini

Baca Juga: Misteri Mumi Pakistan Berusia 2.600 Tahun yang Dijual di Pasar Gelap, Benarkah Ini Mayat Putri Raja Xerxes Yang Agung dari Persia? Analisis dari Para Ilmuwan Ini Sungguh Tak Terduga!

Menekankan keputusasaan Pakistan, Pakistan juga dilaporkan mendekati Rusia dan Kazakhstan untuk pinjaman USD 1 miliar masing-masing.

Laporan mengatakan jiak Islamabad akan menggunakan USD 2 miliar untuk proyek kereta ML-1 sementara USD 3 miliar dari China akan digunakan untuk membangun devisa negara.

Baca Juga: Digadang-gadang Jadi Proyek 'Pencerah' di Pakistan, Jebakan Utang China Malah Diprotes Ribuan Warga Desa Ini Setelah Banyak Penduduk Kehilangan Mata Pencaharian

Baca Juga: 'Jualan' Isu Penistaan Agama Demi Dendam Pribadinya Sendiri, 2 Karyawan Ini Bikin Bosnya Tewas Memilukan Usai Dikeroyok Ratusan Pegawai, 2 Negara Langsung Tegang

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait