Tak Henti-hentinya Bikin Panik Eropa, Rusia Mengutuk AS yang Kirim Ribuan Tentaranya ke Eropa, Sebut Itu Langkah yang 'Merusak'

Tatik Ariyani

Penulis

Pasukan militer Rusia di perbatasan Ukraina

Intisari-Online.com -Ketegangan antara Rusia dan Ukraina makin meningkat di tengah kekhawatiran invasi Rusia ke Ukraina.

Untuk mengantisipasi terjadinya serangan, Amerika Serikat (AS) pun mengirimkan tentaranya.

Pada hari Rabu, AS mengatakan pihaknya mengirim 1.700 tentara dari Divisi Lintas Udara ke-82 ke Polandia.

Sementara unit markas yang terdiri dari sekitar 300 orang dari Korps Lintas Udara ke-18 akan dipindahkan ke Jerman dan satu unit lapis baja berkekuatan 1.000 sedang dipindahkan dari Jerman ke Rumania.

Langkah itu sebagai tanggapan atas pengerahan lebih dari sekitar 125.000 tentara Rusia dalam jarak serang dari perbatasan Ukraina, termasuk hampir setengah dari kelompok taktis dan unit pendukung batalion yang tersedia.

Melansir BBC, Kamis (3/2/2022), John Kirby, juru bicara Pentagon, mengatakan langkah AS tersebu “dirancang untuk mencegah agresi dan meningkatkan kemampuan pertahanan kami di negara-negara sekutu garis depan. Kami memperkirakan mereka akan pindah dalam beberapa hari mendatang.”

Kirby menambahkan, Presiden Rusia, Vladimir Putin, “terus menambah kekuatan, menggabungkan senjata, kemampuan ofensif, bahkan hanya dalam 24 jam terakhir ia terus menambahkan di Rusia barat dan Belarusia, dan di Mediterania dan Atlantik utara”.

"Dia tidak menunjukkan tanda-tanda tertarik atau bersedia untuk mengurangi ketegangan."

Baca Juga: Eropa Terancam Jadi Medan Perang, Joe Biden Tak Lagi Menahan Diri Untuk Melawan Rusia, Amerika Langsung Kirim Pasukan Besar-besaran, Semuanya di Tempatkan di Negara Ini

Baca Juga: Rusia dan Ukraina di Ambang Perang, 4 Pesawat Militer Rusia MalahTerciduk Nyelonong di Wilayah Inggris, Langsung Bikin Seisi Eropa Menahan Napas!

Rusia mengutuk keputusan AS tersebut untuk mengirim pasukan tambahan ke Eropa untuk mendukung sekutu NATO-nya di tengah berlanjutnya kekhawatiran akan invasi Rusia ke Ukraina.

Menanggapi keputusan Presiden AS Joe Biden untuk mengerahkan pasukan tambahan ke Eropa minggu ini, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko mengatakan itu adalah langkah yang "merusak" dan "tidak dapat dibenarkan".

Berbicara pada hari Rabu, Grushko menambahkan bahwa itu akan "menyenangkan" pihak berwenang Ukraina, yang akan terus menyabotase perjanjian Minsk "dengan impunitas".

Perjanjian Minsk tahun 2014 dan 2015 sendiri dirancang untuk mencapai penyelesaian politik di timur Ukraina, termasuk otonomi yang lebih besar.

Pentagon sebelumnya mengatakan pasukan Amerika yang dikerahkan tidak akan berperang di Ukraina - tetapi akan memastikan pertahanan sekutu Washington.

Pengerahan mereka merupakan tambahan dari 8.500 tentara yang disiagakan Pentagon bulan lalu untuk siap dikerahkan ke Eropa jika diperlukan.

"Penting bagi kami untuk mengirimkan sinyal kuat kepada Putin dan, sejujurnya, kepada dunia bahwa NATO penting bagi Amerika Serikat dan penting bagi sekutu kami," kata juru bicara Pentagon John Kirby kepada wartawan, Rabu.

Tetapi pada pertanyaan tentang dugaan rencana invasi oleh Putin, dia berkata: "Kami masih tidak percaya dia membuat keputusan untuk menginvasi Ukraina lebih lanjut."

Baca Juga: Inilah 7 Weton Anak yang Membuat Orangtuanya Kaya Raya Menurut Perhitungan Primbon Jawa, Apakah Salah Satunya Anak Anda?

Baca Juga: Kisah Qin Shi Huang, Kaisar Pertama yang Berhasil Satukan China dan Bangun Tembok Besar, Hancurkan Catatan Masa Lalu dengan Bakar Semua Buku-buku Sejarah dan Kubur Hidup-hidup 460 Cendekiawan

Sementara Rusia sendiri memiliki sekitar 100.000 tentara di dekat Ukraina.

Hingga kini, Rusia masih menyangkal berencana untuk menyerang Ukraina.

Ketegangan antara Rusia dan Ukraina terjadi delapan tahun setelah Rusia mencaplok semenanjung Krimea selatan Ukraina dan mendukung pemberontakan berdarah di wilayah Donbas timur.

Moskow menuduh pemerintah Ukraina gagal menerapkan perjanjian Minsk - kesepakatan internasional untuk memulihkan perdamaian di timur, di mana pemberontak yang didukung Rusia menguasai petak-petak wilayah dan setidaknya 14.000 orang telah tewas sejak 2014.

Baca Juga: Mampu Mengubah Dunia, Intip Perjalanan Panjang 7 Peta Dunia Ini

Baca Juga: Dilarang Muntah Meski Dicekoki Banyak Makanan secara Paksa, Inilah Tradisi 'Mengerikan' Agar Terlihat Cantik, Semakin Punya 'Stretch Mark' Makin Mempesona

Artikel Terkait