Find Us On Social Media :

Sekutu Dekat China Ini pun Pernah Menuduhnya Mencuri Informasi Teknologi Militernya, Terbongkar Cara China Lakukan Spionase untuk Mencuri Informasi Rahasia AS

By Tatik Ariyani, Kamis, 3 Februari 2022 | 13:59 WIB

Jet tempur Chengdu J-20 milik China

Data yang bocor menunjukkan upaya spionase dunia maya oleh China.

Catatan yang dibagikan kepada Der Spiegel, sebuah surat kabar Jerman, menunjukkan bahwa peretas China dapat mengakses informasi rahasia tentang jet tempur gabungan F-35 Lightning II.

Menurut orang dalam, kebocoran data terjadi di subkontraktor utama Lockheed Martin pada 2007.

Selanjutnya, pada tahun 2019, Penasihat Keamanan Nasional pemerintahan Donald Trump saat itu, John Bolton, menuduh China mencuri teknologi AS untuk membuat pesawat tempur siluman miliknya sendiri.

Pada 1 Agustus 2018, China yang memperingati Hari Pendiri Tentara Pembebasan Rakyat dengan sengaja membocorkan beberapa foto resolusi tinggi dari pesawat siluman J-20 generasi berikutnya ke media.

Foto-foto J-20 yang dirilis kemudian pada tahun 2019 memberikan tampilan close-up badan pesawat pencegat baru.

Baca Juga: Kisah Rani Lakshmibai, ‘Joan of Arc’ India, Ratu yang Pergi Berperang dengan Bayi Diikat di Punggungnya dan Pedang di Masing-masing Tangannya Lawan Kolonial Inggris

 Baca Juga: Tetangga Heran Lihat Satu Keluarga Jarang Masuk Rumah Sakit, Ternyata Rahasianya Cuma Rebus Bawang Putih Lalu Minum Airnya Hangat-hangat, Nyesal Baru Tahu

Mereka juga mengungkapkan sistem sensor yang tampaknya identik dengan Lockheed Martin Electro-Optical Targeting System (EOTS) di bagian depan F-35 Lighting II.

Banyak data yang terkait dengan program F-35 diyakini telah dicuri oleh peretas Tiongkok, termasuk informasi tentang desain radar F-35 dan mesinnya.

Peretas China juga tampaknya telah memperoleh materi mengenai F-22 Raptor dan pembom siluman B-2 Angkatan Udara AS, serta laser berbasis ruang angkasa, sistem pemandu dan pelacakan rudal, dan desain untuk kapal selam nuklir dan rudal anti-udara.

Pencurian ini, termasuk informasi terkait F-35, dianggap sebagai bagian dari kampanye siber China yang lebih besar yang dijuluki "Hades Bizantium" oleh pejabat AS.