Find Us On Social Media :

Menurut Penelitian, Penggunaan Kompor Gas Lebih Buruk untuk Iklim dan Kesehatan dari yang Diduga Sebelumnya, Lalu Apa yang Harus Digunakan untuk Memasak?

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 2 Februari 2022 | 17:50 WIB

Ilustrasi kompor gas

Intisari-Online.com – Sebuah penelitian baru ‘memanaskan’ perdebatan tentang kompor bertenaga gas untuk memasak sehari-hari.

Menurut penelitian dari para ilmuwan Stanford, banyak kompor yang terus-menerus mengeluarkan gas yang dapat menghangatkan planet ini dan menimbulkan risiko kesehatan yang serius ketika dihirup.

Penelitian tersebut yang dimuat dalam jurnal Environmental Science & Technology, menemukan emisi metana dari kompor gas di seluruh Amerika Serikat secara kasar, setara dengan karbon dioksida yang dikeluarkan oleh setengah juta mobil bertenaga gas dalam setahun.

Menurut Eric Label, seorang ilmuwan riset di PSE Healthy Energy, kepada Nexus Media News, “keberadaan kompor sajalah yang mendorong emisi metana tersebut.”

Tambahnya, “Kami menemukan bahwa lebih dari tiga perempat emisi metana dari kompor dipancarkan saat kompor dimatikan.

Jadi, kebocoran kecil dari kompor ini yang membuatnya benar-benar bertambah.”

Pipa gas alam yang bocor telah dipelajari secara ekstensif, para ilmuwan tahu sedikit tentang dampak iklim dan kesehatan dari kompor berbahan bakar gas.

Lebih dari sepertiga orang Amerika memasak dengan gas, dan beberapa mendapatkan paparan tambahan dari ruang dan pemanas air.

Baca Juga: Kompor Gas Tampil Seperti Baru Lagi, Cukup Gosok dengan Campuran Baking Soda dan Cuka, Begini Caranya

 Baca Juga: Menyesal Baru Tahu Sekarang? Begini Rupanya Trik Hemat dari Restoran Saat Masak Pakai Kompor Gas yang Bikin Gas Awetnya Berbulan-bulan, Coba Deh!

Semua peralatan pembakaran gas alam ini dapat mengeluarkan gas yang bisa memicu asma, batuk, dan berpotensi meningkatkan kerentanan terhadap infeksi saluran pernapasan.

Untuk mengukur dampak emisi ini, para peneliti mengukura tiga gas utama dari kompor di 53 rumah di tujuh wilayah California.

Tim memilih dua gas, metana dan karbon dioksida, karena kontribusinya terhadap perubahan iklim, dan memilih nitrogen oksida karena risikonya bagi kesehatan manusia.

Para ilmuwan memasang partisi plastik antara dapur dan ruangan lain dan menggunakan instrumen yang mengukur panjang gelombang cahaya untuk menentukan konsentrasi gas tertentu.

Yang mengejutkan, mereka menemukan lebih dari tiga perempat emisi metana terjadi ketika kompor gas lama dan baru dimatikan.

Risiko kesehatan yang paling signifikan terjadi ketika kompor dinyalakan, menurut para penulis, karena proses tersebut menghasilkna nitrogen dioksida sebagai produk sampingan, melansir Smithsonianmag.

Meningkatkan aliran udara dengan menggunakan tudung jangkauan dapat membantu mengurangi risiko kesehatan pribadi dari peralatan pembakaran gas alam.

Tetapi kebanyakan individu jarang melaporkan penggunaan sistem ventilasi mereka.

Baca Juga: Tahunya Sama Saja, Ternyata Membersihkan Kompor Harus Disesuaikan dengan Jenisnya, Apa Cara yang Pas Membersihkan Kompor Gas?

 Baca Juga: Jangan Keburu Disingkirkan, Bersihkan Saja Kompor Berkerak dengan Bahan Dapur Ini, Begini Caranya

Pada dapur yang kecil, hanya butuh beberapa menit penggunaan kompor tanpa ventilasi dapat menghasilkan tingkat emisi di atas standar kesehatan nasional.

Menurut meta-analisis dari 2013, anak-anak yang tinggal di rumah dengan kompor gas, 42 persen lebih mungkin mengalami gejala yang berhubungan dengan asma, dan 24 persen lebih mungkin didiagnosis dengan asma seumur hidup.

Tidak hanya risiko kesehatan, kompor berbahan bakar gas alam juga membahayakan planet ini dengan melepaskan metana.

Sementara karbon dioksida mendapat perhatian paling besar dalam pembicaraan tentang perubahan iklim.

Metana adalah penyumbang terbesar untuk pemanasan planet.

Setelah karbon dioksida, metana adalah gas rumah kaca paling melimpah kedua yang dipompa manusia ke atmosfer, menyumbang sekitar 20 persen dari emisi global.

Meskipun metana menghilang lebih cepat daripada karbon dioksida, yang mengkhawatirkan karena kekuatannya yang memerangkap panas, lebih dari 25 kali lebih kuat dari karbon dioksida.

Menurut tim peneliti, kompor gas memancarkan antara 0,8 dan 1,3 persen dari gas alam yang mereka konsumsi sebagai metana yang tidak terbakar.

Baca Juga: Tak Perlu Beli yang Lain, Cukup Gunakan Baking Soda untuk 9 Pembersihan di Dapur Anda, Jangan Kaget Lihat Hasilnya Nanti!

 Baca Juga: Ibu-ibu Se-Indonesia Mesti Tahu Ini, Begini Trik Cara Cegah Air Mendidih di Panci Tidak Tinggi dan Meluap Keluar Hingga Bikin Lengket Kompor, Ini Dia!

Hasil penelitian ini telah menghidupkan kembali upaya para ilmuwan dan aktivis untuk mendorong orang Amerika beralih ke kompor dan peralatan listrik.

New York City dengan San Francisco dan Seattle telah bergabung dalam membatasi penggunaan gas alam di gedung-gedung baru untuk melindungi kesehatan iklim dan penghuninya.

Rob Jackson, seorang profesor ilmu bumi Stanford mengatakan kepada Washington Post, “Jika Anda memiliki kemampuan finansial untuk menukar kompor gas dengan kompor induksi listrik, saya pikir itu ide yang bagus.”

“Ide yang bagus untuk planet kita dan kualitas udara.”

Bagaimana dengan kita?

Baca Juga: Tak Ada Lagi Kata 'Mahal', Ini Cara Terbaik untuk Cegah Gigi Berlobang, Bahannya Tetap Berada di Samping Kompor Anda!

 Baca Juga: Sudah Jadi Rahasia Umum, Orang Indonesia Malah Sering Salah Letakkan Kompor di Dapur, Bikin Boros dan Picu Kebakaran

 Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari