Mampu Luluh Lantakkan Ukraina Tanpa Perlu Pusingkan Serangan Balasan, Inilah Kinzhal, Rudal Hipersonik Rusia dengan Jenis Lintasan yang Tak Sanggup Dibendung NATO

Khaerunisa

Penulis

Angkatan Laut Moskow justru bersiap menerima senjata militer baru di tengah kekhawatiran negara-negara Barat soal kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina

Intisari-Online.com - Di tengah kekhawatiran negara-negara Barat soal kemungkinan Rusia menginvasi Ukraina, kini Angkatan Laut Moskow justru bersiap menerima senjata militer baru.

Rudal hipersonik Kh-47M Kinzhal bakal diterima Angkatan Laur Rusia untuk dipasang pada jet tempur milik mereka.

Spesifikasi senjata tersebut tak main-main.

Melansir Naval News, rudal hipersonik generasi terbaru yang akan diterma Angkatan Laut Rusia bisa mencapai target dengan tingkat presisi tinggi hanya dalam waktu beberapa menit saja.

Bahkan, militer Rusia juga mengklaim bahwa saat ini belum ada negara di dunia yang memiliki kemampuan untuk menangkal rudal hipersonik Kh-47M Kinzhal.

Rudal tersebut memiliki jangkauan hingga 2.000 km dan rencananya akan dipasang pada jet tempur MiG-31K versi terbaru.

Sebelum diluncurkan, MiG-31K harus membawa rudal Kinzhal ke ketinggian 12-15 km.

Rudal kemudian akan melesat dengan kecepatan tinggi dan mampu berakselerasi ke kecepatan hipersonik menuju target melalui lintasan yang rumit.

Baca Juga: Bak Pedang Bermata Dua yang Bisa Jadi Bumerang Penghancur Dunia, Konflik Ukraina Buktikan Pentingnya Senjata Nuklir, Bahkan Ukraina Disebut Pernah Memegang Senjata Nuklir, Lantas di Mana Sekarang?

Baca Juga: Berumur Sekitar 3.300 Tahun, Dua Sphinx yang Gambarkan Kakek Firaun Tutankhamun Ini Ditemukan di Mesir dalam Keadaan Setengah Tenggelam di Dalam Air

Kombinasi tersebut diyakini bisa memberikan kesempatan yang lebih besar bagi kapal induk untuk bergerak lebih cepat memasuki area lawan dan menghancurkan target seperti kapal perang besar bahkan kapal induk.

Rudal hipersonik Kinzhal baru kemungkinan akan dipasang pada resimen udara yang bertugas di Kamchatka dan Semenanjung Kola.

Resimen tersebut secara efektif beroperasi di sebagian besar Samudra Atlantik dan Pasifik melawan kapal induk dan formasi serangan amfibi serta pangkalan komando musuh.

Sebelum penugasan, militer Rusia akan lebih dulu membangun infrastruktur untuk perangkat keras dan personel sebelum unit rudal hipersonik Kinzhal tiba.

Lapangan udara dan sejumlah unit persenjataan telah dikembangkan secara khusus agar sesuai untuk Kinzhal.

Tempat tinggal baru untuk para prajurit juga telah disiapkan.

Berikutnya, tinggal menunggu kedatangan jet MiG-31K versi terbaru.

Kini Rusia tengah membuat heboh negara-negara di dunia, terutama negara Barat, dengan aktivitasnya di perbatasan Rusia-Ukraina.

Baca Juga: Gempar Skandal Militer AS Terbongkar, Rahasia Militernya Mendadak Dijual Oleh Pejabatnya Sendiri pada Perusahaan Asing Cuma Ditukar Dengan Prostitusi dan Uang Tunai Senilai Rp3,5 miliar

Baca Juga: Mengapa Kerajaaan Sriwijaya Disebut sebagai Kerajaan Maritim? Simak Penjelasan Berikut Ini

Sebanyak lebih dari 100.000 tentara Moskow ditempatkan di sepanjang perbatasan kedua negara tersebut.

Jika Rusia benar-benar menginvasi Ukraina, hal tersebut diprediksi bakal menjadi konflik terbesar antara Timur dan Barat setelah Perang Dunia Kedua.

Ukraina didukung negara-negara Barat.

Mengutip express.co.uk, sekitar 90 ton "bantuan mematikan" dari AS telah tiba di Ukraina, dan Inggris memasok Ukraina dengan rudal anti-tank jarak pendek untuk pertahanan diri.

Selain itu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada Senin (24/01), mengatakan bahwa sekutu Barat sepakat memberikan peringatan ke Moskow bahwa serangan Rusia di Ukraina akan memicu tanggapan keras.

"Kami setuju bahwa setiap agresi lanjutan oleh Rusia terhadap Ukraina akan menimbulkan kerugian besar," kata Stoltenberg di Twitter.

Itu diungkapkannya setelah pertemuan virtual dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan para pemimpin Eropa, termasuk Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Kanselir Jerman Olaf Scholz.

Sementara di pihak Rusia, disebut ada tujuh negara yang kemungkinan besar akan mendukungnya dalam konflik.

Baca Juga: Berumur Sekitar 3.300 Tahun, Dua Sphinx yang Gambarkan Kakek Firaun Tutankhamun Ini Ditemukan di Mesir dalam Keadaan Setengah Tenggelam di Dalam Air

Baca Juga: Jadi Idaman Para Pria, 3 Weton Wanita Ini Paling Diimpikan Sebagai Sosok Ibu dan Istri yang Baik, Menurut Perhitungan Primbon Jawa

Mereka adalah negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), yang bertindak sedikit seperti NATO.

Organisasi tersebut dibentuk dari negara-negara bekas soviet dan secara efektif merupakan pakta keamanan.

Enam negara yang tergabung dalam CSTO (Rusia, Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan) kemungkinan akan saling bertahan jika diserang.

Negara lainnya yang mungkin mendukung Rusia adalah Kuba. Negara ini memiliki sejarah panjang persahabatan dengan Rusia.

Baca Juga: Dulunya Jawa Menggunakan 'Kalender Pergerakan Matahari' dari India, Sultan Agung Kemudian Gabungkan Tahun Jawa dan Islam sebagai Penanggalan Mataram Islam

Baca Juga: Tak Disangka, Hanya dengan Minum Campuran Madu dan Kayu Manis, Anda Dapat Meningkatkan Kekebalan Tubuh hingga Menghilangkan Bau Mulut

(*)

Artikel Terkait