Secara tradisional ini dikaitkan denga Kaisar Nintoku, kaisar keenam belas Jepang, dan termasuk dalam kelompok makam yang baru-baru ini diberikan status warisan dunia UNESCO.
Tidak ada sumber tertulis di makam-makam ini, yang dapat mengungkapkan asal-usul dan detailnya jauh lebih sulit, menurut tim Italia.
Ini tentunya akan menambah masalah bagi sejarawan terutama fakta penggalian makam yang jarang terjadi, dan terbatas pada monumen yang lebih kecil.
Ini karena makam terbesar dianggap sebagai kaisar semi-legendaris pertama dan, itu berarti dilindungi secara ketat oleh hukum.
Perlindungan juga meluas ke luar, dengan banyak monumen yang dipagari, yang berarti para arkeolog tidak bisa masuk ke sekeliling halaman.
Maka, tidak mungkin untuk mendapatkan pengukuran yang akurat dari ukuran tinggi dan orientasi, jelas tim arkeolog, melansir Daily Mail.
Selain itu, banyaknya monumen juga semakin menghambat penyelidikan lapangan, karena biaya menjadi penghalang.
Itulah sebabnya mengapa tim beralih ke citra satelit resolusi tinggi, yang digambarkan sebagai ‘alat yang ampuh untuk investigasi penginderaan jauh’.
Penulis penelitian, Norma Baratta, Arianna Picotti, dan Giulio Magli dari Politecnico di Milano berangkat untuk memperdalam pengetahuan tentang hubungan antara monumen-monumen ini dan lanskap, khususnya dengan langit.
Tim mengukur orientasi lebih dari 100 Kofun selama penyelidikan satelit mereka.