Penulis
Intisari-Online.com - Beberapa kaisar Romawi yang paling diketahui malah dikenal sebagai sosok yang sesat, megalomaniak, atau sekadar 'gila'.
Hal itu menimbulkan pertanyaan, jika kaisar-kaisar itu benar-benar gila, bagaimana mereka bisa menjadi pemimpin salah satu kerajaan terbesar yang pernah dikenal dunia?
Melansir vox.com, untuk menjawab itu, Phil Edward mewawancarai dua sejarawan, yaitu Clifford Ando , seorang profesor klasik dan penulis Ideologi Kekaisaran dan Loyalitas Provinsi di Kekaisaran Romawi, serta Anthony Barrett, seorang profesor klasik dan penulis Lives of the Caesars.
Dimulai dari Caligula, dia adalah salah satu Kaisar Roma yang dikenal gila.
Gosip paling kencang tentangnya adalah soal kebiasaannya inses dengan semua saudara perempuannya di mana saja.
Dia juga membuat terobosan untuk sistem kekaisaran. Seperti yang ditulis Barrett dalam Caligula: The Corruption of Power, Caligula menikmati Senat yang puas dan dukungan militer.
Keduanya menetapkan pola kekuasaan yang bertahan selama berabad-abad.
Caligula sendiri sebenarnya adalah putra dari tentara populer Germanicus, yang kemudian menjadi cucu angkat pendahulunya, Kaisar Tiberius.
Kepercayaan Romawi pada garis keturunan yang kuat, yang terbukti sangat bermasalah selama berabad-abad, menjadikan Caligula sebagai kaisar.
"Tampaknya ada gagasan yang sangat naif," kata Barrett, "bahwa Caligula akan mengikuti jejak ayahnya."
Dalam banyak hal, Caligula tampaknya lebih tidak kompeten daripada jahat.
"Itu adalah sistem yang salah -Caligula mungkin tidak lebih baik atau lebih buruk dari 99 persen orang Romawi," sambungnya.
Kemudian, Kaisar Roma lainnya yang dikenal gila adalah Nero.
Bagaimana Nero menjadi penguasa, sekali lagi menggambarkan ketergantungan berlebihan dalam budaya Romawi pada hubungan keluarga.
Mungkin tak ada yang pernah membayangkan ia akan menjadi seorang kaisar.
Nero mendapat manfaat dari pekerjaan ibunya, Agrippina, seorang manipulator berbakat yang menjadi istri keempat Kaisar Claudius dan mendalangi promosi sserta penunjukan untuk membuka jalan Nero.
Baca Juga: Bagaimana Kronologi Sejarah Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai?
Meski, disebut bahwa pemerintahan awal Nero sebagai kaisar sebenarnya tidak terlalu buruk. Bahkan, mengenai penilaian dirinya, orang-orang di dunia kuno agak terpecah.
"Ada penilaian yang dibuat sejarawan kemudian setelah kematiannya bahwa pemerintahannya memiliki fase awal yang baik dengan dua penasihat [Seneca dan Burrus]," kata Ando.
Menurut Barrett, ketidakmampuan Nero di kemudian hari seringkali dilebih-lebihkan.
Kemudian, Commodus putra Marcus Aurelius yang menjadi Kaisar setelah ayahnya meninggal pun diketahui tak cocok menjadi penguasa.
Tetapi, lagi-lagi ikatan keluarga yang sangat kuat dalam budaya Romawi membuatnya berhasil naik tahta.
Kaisar Roma lainnya yang dikenal gila adalah Elagabalus. Salah satu desas-desus tentangnya mengatakan bahwa dia mencoba mengubah agama Roma dan berdandan sehingga dia bisa melacurkan dirinya sendiri.
Meski hanyalah sepupu Caracalla, penguasa sebelumnya, tetapi bibi dari pihak ibunya berkampanye agar dia memimpin Roma.
Ketika tidak ada saudara sedarah dalam antrean, Roma mengejar formalitas adopsi untuk mempertahankan preferensi lama untuk ikatan keluarga.
Melihat bagaimana para Kaisar Roma yang dikenal gila berhasil naik tahta, menunjukkan ketergantungan pada suksesi mencegah pemimpin terbaik naik ke puncak, sementara penasihat pun tidak membantu.
Banyak dari kaisar Roma memiliki lingkaran penasihat yang sangat kecil yang sering melakukan pekerjaan kasar dalam menjalankan kekaisaran yang luas.
"Jumlah orang yang memiliki akses langsung ke kaisar sebenarnya agak kecil," kata Ando.
Kaisar memerintah melalui jaringan pejabat, dan pejabat itu seringkali lebih kompeten. Tetapi mereka menopang kegilaan para kaisar.
"Tidak masalah seberapa gila Caligula," kata Ando, "kecuali dia melakukan sesuatu yang gila dengan kebijakan pajak."
Terlebih lagi, kebanyakan orang yang tersebar di seluruh Kekaisaran Romawi yang luas tidak terlalu memperhatikan.
Mereka yang tinggal di provinsi militer dapat terpengaruh oleh dekrit kaisar. Sementara mereka yang tinggal di provinsi sipil yang jauh mungkin hampir tidak memperhatikan perubahan dari satu kaisar ke kaisar lainnya.
Di atas kaisar yang gila, baik rumornya dilebih-lebihkan atau tidak, disebut adalah struktur politik yang membuat mereka begitu kuat sejak awal.
(*)