Penulis
Intisari-Online.com - Kasus Omicron di Indonesia semakin melonjak.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan ada 1.161 kasus Omicron di Indonesia sejak 15 Desember 2021 sampai Minggu (23/1/2022).
Bahkan 2 pasien sudah dikonfirmasi meninggal dunia.
Satu pasien dilaporkan merupakan pasien transmisi lokal. Sedangkan pasien satunya memang pelakuperjalanan luar negeri.
Persamaan kedua pasien adalah dua-duanya memilikipenyakit penyerta atau komorbid.
Dengan melonjaknya kasus Omicron, maka kasus virus corona di Indonesia juga melonjak tajam.
Pada hari Sabtu (22/1/2022), ada3.205 kasus virus corona di Indonesia. Tertinggi dalam beberapa bulan terakhir.
Dan itu bukanlah satu-satunya masalah.
Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) sedang menyelidiki sebuah mutasi dari varian Omicron pada awal pekan ini.
Dilansir dari express.co.uk pada Senin (24/1/2022), sub varian Omicron itu disebut BA.2 dan baru melonjak di Eropa.
Namun dijelaskan bahwapenularan jauh lebih cepat atau bahkanbisa melawan kekebalan tubuh.
Dikatakan bahwa pada 10 Januari 2022, hanya 53 urutan yang telah diidentifikasi dalam sampel.
Penemuan mutasi varian Omicron ini terjadi setelah kasus berkurang di Inggris. Ketika orang-orang pergi selama liburan.
TapiEric Feigl-Ding, seorang ahli epidemiologi dan rekan senior di Federasi Ilmuwan Amerika, mengatakan bahwa kemungkinan BA.2 "menggantikan" varian aslinya.
Jika benar, maka ini jelas adalah "pertanda yang sangat buruk".
Dia menunjuk data yang menunjukkan bahwa "hampir setengah" dari kasus Omicron di Denmark adalah BA.2.
Ini jelas melampaui varian lama Omicron BA.1.
Dr Feigl-Ding juga mencatat data dari Jerman, di mana kasus BA.2 telah meningkat menjadi sekitar 2 persen dari infeksi Omicron pada pertengahan Januari.
Di Belanda, statistik Covid-19 menunjukkan bahwa proporsinya telah mencapai 5 persen dari kasus Omicron.
Saat masih awal di Inggris, Dr Feigl-Ding mengatakan bahwa subvarian ini tampaknya berlipat ganda kira-kira setiap empat hari.
Alasannya karenatingkat replikasi yang lebih lambat daripada varian Omicron asli.
Sehingga mampu menggantikan varian Delta setiap 1,5-3 hari.
Walau begitu, para ilmuwan Inggris tetap optimis.
Mereka percaya bahwa subvarian baru ini tidak menimbulkan ancaman terhadap kekebalan yang telah kita semua bangun melalui vaksinasi.