Intisari-Online.com - Dari akhir 1800-an hingga pertengahan 1900-an, Kekaisaran Jepang mulai membangun sebuah kerajaan di Pasifik.
Setelah menyerang Korea, Taiwan, dan berbagai pulau di sekitarnya, Jepang segera membidik China.
Pada tahun 1920-an, China mengalami perang saudara ketika faksi-faksi yang saling bertentangan bersaing memperebutkan kekuasaan setelah kaisar terakhir digulingkan.
Tetapi mempertahankan kekuasaan di negeri asing selalu diperumit oleh pemberontakan dan biaya yang melonjak.
Jadi Jepang beralih ke opium untuk melemahkan perlawanan China sambil meraup keuntungan guna mendanai militer mereka.
Akhirnya, pada tahun 1937, Jepang melancarkan invasi penuh ke China dan merebut Beijing, Shanghai, dan beberapa kota besar lainnya yang tidak akan bebas sampai Perang Dunia II berakhir dengan kekalahan Jepang.
Tapi Manchuria tetap berada di bawah kendali Jepang lebih lama dari daerah lainnya.
Di Manchuria, Jepang membangun negara boneka Manchukuo, yang dikendalikan dan dieksploitasi melalui berbagai metode kebrutalan.
Baca Juga: Perang Candu: Saat Inggris Jual 1.400 Ton Opium per Tahun ke China
Dan salah satu metode penting yang digunakan Jepang adalah membangun industri opium, morfin, dan heroin yang dirancang untuk membuat rakyat China kecanduan dan menciptakan keuntungan untuk mesin perang Jepang.
Jepang telah melakukannya di tempat lain di Pasifik selama bertahun-tahun, menurut laporan pemerintah internasional.