Find Us On Social Media :

Perang Candu: Saat Inggris Jual 1.400 Ton Opium per Tahun ke China

By Muflika Nur Fuaddah, Sabtu, 8 September 2018 | 07:00 WIB

Intisari-Onilne.com- Sepanjang sejarah, peradaban selalu memiliki berbagai alasan untuk memulai perang.

Perang itu tidak selalu disebabkan oleh aneksasi teritorial atau pengaruh budaya, tetapi juga terjadi karena perdagangan dan insiden diplomatik.

Begitulah kasus Kerajaan Inggris dan dinasti Qing Cina, yang memiliki sudut pandang dinamis, bergolak, dan saling bertentangan tentang bagaimana hubungan diplomatik dan perdagangan mereka.

Hingga akhirnya mengarah pada Perang Candu atau yang juga dikenal sebagai Perang Anglo-Cina.

Baca Juga : Dolar Diprediksi akan Kehilangan Kekuatannya Tahun 2025, Mata Uang ini yang Akan Menggantikannya

Perang Candu Pertama berlangsung dari tahun 1839 hingga 1942 dan diikuti oleh yang kedua mulai tahun 1856 dan berakhir pada 1858.

Konflik-konflik terjadi setelah neraca perdagangan hilang di antara kekuatan Eropa dan kekuatan Asia pada abad ke-17 dan 18 saat terjadi permintaan barang dari China. Impor sutra dan porselen semakin populer di barat, dan itu dibarengi dengan permintaan yang mendesak dari tradisi minum teh di Inggris.

Selama ini, bagi Cina, pasar hampir tidak ada.

Baca Juga : Cara China 'Menjajah' Negara-negara Lain: Beri Pinjaman yang 'Mustahil' Dilunasi

Negara itu mencukupi diri sendiri dan beberapa pernyataan resmi mereka adalah bahwa "tidak ada yang bisa dibawa kapal Eropa melintasi lautan".

Namun, abad ke-18 adalah masa ketika sebagian besar kerajaan Eropa secara berangsur-angsur meluas ke seluruh dunia.

Mereka memberlakukan ekonomi mereka berkat perdagangan maritim, dan di sana ada banyak permainan untuk dimainkan.

Pada akhirnya China mengembangkan konsep baru tentang bagaimana bertahan dalam permainan ini dan menjadi bagian dari sistem dan jaringan perdagangan internasional yang cukup signifikan.