Intisari-Online.com – Salah satu bintang pada Malam 1 Suro di Kasunanan Surakarta adalah kerbau bule Kiai Slamet.
Banyak kalangan yang menganggap bahwa Kiai Slamet bukan kerbau bule biasa, tapi kerbau sakti yang bisa mendatangkan berkah.
Soal bagaimana kerbau ini begitu dikeramatkan, Intisari pernah mengulasnya secara lebih mendalam.
***
Ada berita duka dari Solo. Selasa 3 Januari 1989 yang lalu, tepat pukul 12.00 tengah hari, telah mati Nyai Slamet.
la memang tak usah disebut wafat atau meninggal. Nyai Slamet cuma seekor kerbau.
Kalau saja ia bukan kerbau klangenan keraton, tentu kematiannya tak akan jadi berita, setidaknya bagi koran-koran lokal.
Menurut Suara Merdeka, harian terbitan Semarang yang ikut membuat peristiwa ini jadi berita, kematian kerbau bule itu disebabkan karena ia terserang masuk angin dan demam.
Sukirman, abdi dalem keraton penjaga kerbau, menyebutkan ia jelas mati karena masuk angin. Tubuhnya kaku dan ada kotoran yang menyumpal di pantat.
Menurut pengalamannya, bila demikian keadaan seekor kerbau pada waktu mati, berarti perutnya penuh angin, yang membuatnya susah berak, kentut atau menguap.
Beberapa jam setelah kematiannya, Nyai Slamet dikuburkan di tepi alun-alun selatan keraton, tak jauh dari kandangnya.
PENJAGA PUSAKA
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR