Programmer Komputer Pertama Ternyata Perempuan dan Ia Pecandu Opium yang Tak Berpendidikan

Moh Habib Asyhad

Penulis

Meskipun punya tiga anak, Ada Lovelace menganggap catatannya tentang esai Menabrea sebagai anak pertamanya, yang kelak dianggap sebagai buku pemrograman komputer pertama di dunia.

Intisari-Online.com -Masa-masa awal Era Victoria benar-benar menjadi saat yang berat bagi perempuan untuk menunjukkan kecemerlangannya.

Tapi Ada Lovelace, putri Lord Byron, tidak memedulikan itu.

Lovelace, yang menulis program komputer pertama seabad sebelum kemunculan komputer, tidak pernah malu dan minder dengan kejeniuasannya.

“Otakku ini adalah sesuatu yang lebih dari sekadar fana,” katanya kepada seorang kolega, dalam sebuah buku Broad Band: The Untold Story of the Women Who Made the Internet karangan Claire L. Evans.

Lahir pada 1815, Lovelace adalah hasil pernikahan penuh gairah namun berumur pendek antara Lord Byron dan seorang aristokrat bernama Anne Isabella Milbanke, yang oleh Byron disebut dengan “The Princess of Parallelograms”.

(Baca juga:Muhammad Hamza Shahzad, Masih 7 Tahun dan Telah Menjadi Programer Komputer Termuda di Dunia)

Perkawinan berakhir setahun kemudian, dan Byron tidak pernah bertemu dengan putrinya.

Milbanke khawatir Lovelace monjadi romantik seperti Byron sehingga ia mengajarinya matematika secara intens sejak Lovelace berusia 4 tahun.

“Ia tidak ingin putrinya mengadopsi mental mewah atau romantis dari penyair Byron,” kata Evans.

“Tapi untuk ketakutan ibunya, Lovelace menceritakan tentang semangat puitisnya yang tak terkendali. Tapi ia hanya mengajari matematika.”

Sebagai seorang gadis, Lovelace tidak diizinkan untuk melanjutkan pendidikan di sekolah formal. Sebagai gantinya, ia menyewa tutor pribadi dan berhubungan dengan banyak cendikiawan-cendikiawan Inggris paling bersinar.

Saat berusia 17 tahun, Lovelace mengahadiri sebuah salon yang diselenggarakan oleh matematikawan Inggris Charles Babbage, dengan harapan dapat melihat penemuan barunya, Difference Engine.

Dari situ ia langsung terketuk oleh “balok raksasa roda-roda gigi” yang menggunakan tenaga uap untuk melakukan perhitungan matematis.

(Baca juga:Tak Ada Komputer dan Internet, Guru di Ghana Menggambar Microsoft Word di Papan Tulis supaya Murid-muridnya Paham)

Selama beberapa tahun berikutnya, Lovelace menikah dengan William King-Noel, Earl of Lovelace Pertama, yang membuatnya menjadi semacam ratu.

Saat berusia 24 tahun, Lovelace sudah mempunyai tiga anak dan ia pun menjadi perempuan yang amat sibuk.

Meski begitu, ia tidak pernah belajar matematika dan tetap sering berhubungan dengan Babbage. Ia bahkan memohon untuk terlibat dalam pekerjaannya.

“’Aku berharap kau mengajakku,’ tulisnya kepada Babbage pada 1840. ‘Maksudku, ketertarikanku pada matematika. Kau tahu ini adalah bantuan terbesar seseorang kepadaku.’”

Waktu itu, Babbage sedang merumuskan gagasan besarnya berikutnya—sebuah mesin yang bisa menghitung variabel, yang membuatnya bisa memesahkan setiap jenis masalah.

Ia menyebutnya sebagai Analytical Engine alias Mesin Analitik, dan meski tidak pernah dibangun lantaran kurangnya dana, Babbage menulis rencana itu hingga 30 jilid.

Pada tahun itu juga, Babbage diundang untuk mempresentasikan rencana tersebut ke sekelompok ilmuwan di Turin, Italia.

Seorang insinyur muda bernama L.F. Menabrea, perdana menteri masa depan Italia, menulis sebuah makalan terperinci tentang Mesin Analitik untuk sebuah jurnal Swiss.

(Baca juga:‘Pintu ke Neraka’ di Tengah Gurun Turkmenistan Membuat Pengguna Google Earth dan Ilmuwan Linglung)

Ketika Lovelace melihat paper itu, ia menerjemahkannya, mengoreksi kesalahan Menabrea, dan mempresentasikannya kepada Babbage yang sangat terkesan sehingga ia meminta Lovelace untuk menulis makalahnya sendiri.

Setelah bekerja dengan tergesa-gesa selama sembilan bulan antara tahun 1842-1843, makalah itu secara sederhana “meyintesiskan lingkup luas visi Babbage” dan menjelaskan kepada dunia bagaimana ia terjadi.

“Apa yang ia lakukan, intinya, menulis perangkat lunak untuk bagaimana sebuah mesin berjalan,” kata Evans.

“Ia menulis apa yang banyak orang katakan sebagai program komputer pertama, komputer yang belum dibuat.”

Di waktu bersamaan, Lovelace harus berdamai dengan beragam penyakit dalam tubuhnya. Gara-gara penyakit itulah ia terpaksa kecanduan opium (laudanum).

“Ia kecanduan opiat,” kata Evans.

“Ini membantunya melewati hari-harinya, tapi ia juga suka mengucilkan diri dari masyarakat ketika sedang sakau. Ia akan benar-benar setres, tidak akan bisa tidur, bola matanya gatal. Baru setelah ia mengeluarkan laudanum, ia baru bisa santai dan menjadi dirinya sendiri.”

(Baca juga:Selain Menganalisis Reaksi Seseorang pada Tontonan, Nantinya AI akan Dibuat untuk Mendeteksi Kebohongan Acara TV)

Mesin Analitik disebut sebagai embrio komputer, tulis Evans. Catatan Lovelace diterbitkan ulang pada 1953, memperkuat posisinya dalam pengetahuan pemrogaman komputer.

Lovelace meninggal karena kanker rahim pada 1852 pada usia 36 tahun. Meskipun punya tiga anak, ia menganggap catatannya tentang esai Menabrea sebagai anak pertamanya.

“Ia adalah bayi yang luar biasa,” tulisnya pada Babbage, setelah menyelesaikan drafnya, seperti tertulis dalam buku Evans.

Artikel Terkait