Find Us On Social Media :

Terlanjur Terjerat 'Kutukan' Sumpah Palapa yang Diikrarkannya Sendiri, Gajah Mada Pasrah Karir Gemilangnya Tenggelam oleh Nafsunya Sendiri, Raja pun Jadi Korban

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 26 Desember 2021 | 12:34 WIB

Ilustrasi Perang Bubat

Ringkasnya raja Pasundan menghantar sendiri Dyah Pitaloka ke Majapahit, dengan diiringi serombongan prajurit.

Sesampai di negara Majapahit, menyiapkan perkemahan di alun-alun Bubat sambil menanti penjemputan dari Shri Hayam Wuruk.

Saat itu, Gajah Mada terikat dengan sumpah setianya, Sumpah Palapa.

Sumpah itu berbunyi "Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palap."

Baca Juga: Bak Jadi Penyakit Endemik yang Kerap Menjerat Pejabat di Pemerintahan Indonesia, Siapa Sangka Praktik Suap dan Korupsi Sudah Melekat Sejak Zaman Majapahit, Hal Ini Jadi Buktinya!

 

Artinya, "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikian saya (baru akan) melepaskan puasa."

Sumpah itu diucapkan Gajah Mada saat upacara pengangkatan menjadi Patih Amangkubumi Majapahit.

Gajah Mada mengira bahwa dengan perginya Hayam Wuruk menjemput Dyah Pitaloka akan menurunkan derajat kewibawaan kerajaan Majapahit.

Oleh karenanya, Gajah Mada berpendapat bahwa Dyah Pitaloka harus dibawa menghadap Hayam Wuruk menjadi putri boyongan sebagai pertanda menyerah.

Baca Juga: Jadi Pembawa Bencana Bagi para Petani Sebelum Keberadaannya Terungkap, Candi Peninggalan Majapahit Ini Juga Jadi Anomali 'Percandian' karena Posisinya yang Tak Lazim