Media Vietnam Sampai Keheranan, Bak Mendapat Harta Karun Dadakan, Polah Orang Indonesia Ini Berburu Emas Ini Jadi Sorotan Sebut Hasilnya Tak Sepadan Efeknya

Afif Khoirul M

Penulis

Pemburu Emas di Indonesia ini menjadi sorota oleh media Asing.

Intisari-online.com - Banyak penduduk di desa-desa di pulau Lombok, tempat gunung berapi Rinjani masih aktif, mengatakan melakukan penambangan emas secara bertahap.

Hal ini membuatnya "hidup kembali" selama epidemi Covid-19, meskipun ada larangan ketat dari pemerintah negara tersebut.

"Saya tidak punya pekerjaan lain selain menggali emas," kata Sukma.

Sebagian besar rumah di pulau Lombok berisi peralatan dan mesin dasar untuk penambangan emas, seperti yang dicatat oleh Al Jazeraa.

Baca Juga: Padahal Bukan Emas, Harta Karun Raja Sulaiman Konon Sangat Diinginkan Orang Yahudi, Rupanya Isinya Hal 'Sakral' Ini

Selain itu media Vietnam pun menyoroti situasi tersebut, media 24h.com.vn, menulis berita tersebut dengan mengatakan, 'Penambang emas "terkutuk" di pulau vulkanik di Indonesia: Sakit turun temurun'

Orang-orang di sini sering menggunakan merkuri, logam yang sangat beracun, untuk mendulang emas.

"Kami memahami bahaya merkuri, tetapi harganya sangat murah.Menemukan emas adalah satu-satunya cara bagi kami untuk mengubah hidup kami," kata Muhammad Yusuf, 24, penambang emas delapan tahun di pulau Lombok.

Seiring dengan "kebangkitan" penambangan emas, semakin banyak anak-anak di pulau Lombok yang memiliki cacat lahir yang tidak diketahui penyebabnya.

Baca Juga: Misteri Kalung Hering Tutankhamun, Emas Lambang Dewi Pemakan Bangkai yang Ditempatkan di Dada Mumi Mesir, Bukan Digunakan Sebagai Ornamen Belaka, Lalu untuk Apa?

Beberapa rumor mengatakan bahwa anak-anak adalah korban dari emas "terkutuk" di pulau itu.

Namun, menurut banyak ahli, penyebab kondisi ini adalah pengaruh genetik dari orang tua yang keracunan merkuri.

Banyak orang di pulau Lombok telah meninggal karena keracunan merkuri atau terowongan yang runtuh saat menambang emas.

Di sebuah desa kecil di Lombok, Zaim yang berusia 5 tahun tidak bisa berjalan atau berbicara. Mata cokelatnya ditutupi dengan 2 bulu mata yang sangat panjang.

"Di rumah sakit, mereka memberi tahu saya bahwa saya memiliki masalah neurologis. Saya ingin tahu apa yang membuat anak saya seperti ini," kata Suparni, ibunda Zaim.

Anak laki-laki Zaim memiliki ayah yang merupakan penggali emas yang secara teratur terpapar merkuri.

Baca Juga: Pasukannya yang Dikenal Brutal Menggunakan Logam Mulia untuk Perawatan Gigi, Begini Kisah Penemuan 7.000 Karung Emas Batangan yang Dijarah oleh Nazi selama Perang

Beberapa peneliti dari organisasi perlindungan lingkungan Nexus3 Foundation (Indonesia) percaya bahwa Zaim dan banyak bayi lainnya di pulau Lombok terpengaruh secara genetik karena orang tua mereka terpapar merkuri.

"Di pulau ini, ada sejumlah anak yang lahir dengan jari-jari yang hilang, bibir sumbing, tidak ada anus. Menurut WHO, ibu yang hanya terkena sedikit air juga dapat mempengaruhi perkembangan janin," kaya Yune Eribowo, pakar di Nexus3 Foundation.

“Banyak penambang emas yang mencuri di Lombok. Mereka menyembunyikan merkuri di rumah mereka dan menggunakannya di depan anak-anak mereka," katanya.

"Lihatlah sekeliling pulau ini dan lihat, hanya ada beberapa rumah di dalamnya tanpa penggali emas atau panci emas. Sejak merebaknya pandemi, banyak orang mengalami kesulitan keuangan," tambah pakar Yune Eribowo.

Menurut pakar Yune Eribowo, sulit menentukan jumlah anak cacat lahir di Lombok.

Sistem medis di pulau ini belum berkembang dan hanya sedikit orang tua yang membawa anak-anak mereka yang cacat ke rumah sakit.

Baca Juga: Bertahun-tahun Simpan Batu Besar yang Dikira Ada Bongkahan Emasnya, Pria Ini Terkejut Ternyata Batu Itu Jauh Lebih Berharga dan Membuat Peneliti Terpana

Zulkieflimansyah, Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat (Indonesia), menegaskan bahwa penambangan emas di pulau Lombok dilarang dan pemerintah berencana menjadikan pulau ini sebagai "pusat pariwisata global".

"Di Lombok sangat mudah untuk menggali emas. Namun pemandangan di pulau ini juga sangat indah. Dulu kita harus memilih antara mengembangkan pariwisata dan menambang emas," kata Zulkieflimansyah.

Artikel Terkait