Seperti dilaporkan beberapa media, termasuk Business Insider, pria-pria tersebut diyakini merupakan agen rahasia Korea Utara dan merekrut Siti Aisyah untuk membunuh Kim Jong-Nam dalam perintah dari Kim Jong-Un.
Sebuah investigasi oleh The Guardian berjudul "Bagaimana Korea Utara lolos dengan pembunuhan Kim Jong-Nam" menelusuri sifat pembunuhan tersebut.
Tercatat bahwa saat serangan terlaksana, "setidaknya empat agen Korea Utara bersembunyi di dekatnya untuk menyaksikan pembunuhan publik dan sudah siap dengan sebuah rencana cadangan jika ada yang salah."
Beberapa jam setelah serangan, agen-agen itu melewati gerbang imigrasi dan masuk ke dalam penerbangan keluar dari Malaysia, "ditemani oleh seorang diplomat Korea Utara."
Laporan dilanjutkan: "Rute penerbangan mereka kembali ke Pyongyang diperhitungkan secara berhati-hati untuk menghindari negara-negara yang menahan pesawat mereka dan menahan para agen tersebut."
Vipin Narang, seorang profesor politik di Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengatakan: "Alasan pembunuhan dilakukan secara publik adalah untuk menunjukkan Kim Jong-Un tidak takut menggunakan senjata pemusnah massal di bandara internasional yang ramai."
Keduanya memang lama tidak akur, dengan Kim Jong-Nam secara terbuka menantang kekuasaan Kim Jong-Un.
Faktanya, Kim Jong-Nam diyakini merupakan seorang informan CIA sebelum ia dibunuh, dan sebagian besar hidupnya tinggal di luar Korea Utara.