Penulis
Intisari-online.com - Indonesia memang disebut sebagai kawasan yang rawan bencana, karena lokasinya.
Selain itu, Indonesia tercatat memiliki beberapa gunung berapi yang siap meletus kapan saja.
Bak silih berganti letusan gunung berapi di Indonesia, setidaknya Indonesia sudah beberapa kali mengalami bencana letusan gunung api.
Sebut saja yang terakhir kali adalah letusan Gunung Semeru yang terjadi beberapa waktu lalu.
Selain itu letak Indonesia yang berada diCincin Api Pasifik membuatnya memiliki hampir 130 gunung berapi aktif.
Ini adalah jumlah terbanyak dari negara manapun di dunia.
Menurut Survei Geologi AS, cincin api tempat beberapa lempeng tektonik bertemu dan menyebabkan 90 persen aktivitas seismik dunia.
Menyumbang aliran letusan, gempa bumi, dan gelombang pasang yang konstan.
Letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah modern tercatat pada tahun 1883.
Ketika Gunung Krakatau yang terletak di antara Jawa dan Sumatera meledak menjadi pulau-pulau kecil.
Menyebabkan ribuan kematian dan gelombang kejut yang tercatat di seluruh dunia.
Penerusnya, 'Anak Krakatau' , telah tumbuh menjadi sebuah pulau kecil di wilayah yang sama, mengirimkan gumpalan asap tebal dan sesekali semburan batu ke udara.
Pada tahun 2004, Indonesia menanggung beban terberat dari korban dan kerusakan akibat gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia.
Bencana yang menewaskan lebih dari 250.000 orang di beberapa negara di sekitar tepi laut.
Gempa bumi adalah peristiwa hampir setiap hari di seluruh negeri.
Gempa berkekuatan 6,1 melanda Sumatera utara bulan lalu, menyebabkan 35 kematian dan kerusakan signifikan pada properti.
Banyak petani memilih untuk tinggal di dekat gunung berapi meskipun ada risiko terkait karena kesuburan tanah dan curah hujan yang lebih tinggi.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana, pemerintah seringkali tidak memiliki cukup dana untuk merelokasi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana.
"Rata-rata kita hanya melihat sekitar dua kali letusan dalam skala (Gunung Rokatenda) dalam setahun," kata Dr. Agung Harijoko profesor vulkanologi di Universitas Gajah Mada.
"Jadi Anda melihat orang yang ingin tinggal di sekitar gunung berapi karena mereka mau beradaptasi dengan keadaan karena tanahnya sangat subur dan ada alasan sosiologis lainnya," katanya.
"Orang-orang dapat memiliki keterikatan sentimental dengan tanah atau mereka memiliki keyakinan agama atau mistik tentang gunung berapi," jelasnya.